PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Beberapa hari belakangan, Kota Pekanbaru diselimuti kabut tebal yang menyebabkan jarak pandang terbatas. Selasa (15/8) pagi kabut semakin tebal.
Jarak pandang hanya berkisar 200 meter yang membuat aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru terganggu.
Pantauan Riau Pos, sejak pukul 06.00 WIB kabut tebal yang disertai suhu udara yang cukup dingin menyelimuti seluruh kawasan Kota Pekanbaru. Para pengendara terpaksa lampu kendaraannya agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas.
Salah seorang pedagang, Lesi mengaku jarak pandang selama tiga hari terakhir cukup mengkhawatirkan. Bahkan, pagi kemarin dirinya tidak bisa melihat terlalu jauh. Lesi mengira kabut tebal tersebut akibat asap yang kerap terjadi di Kota Pekanbaru karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Ia tadinya memang saya pikir ini pasti kabut asap. Kan kita sudah masuk musim kemarau. Sudah pasti kalau Pekanbaru diselimuti kabut, maka aktivitas penerbangan juga terganggu. Biasanya saya sering lihat pesawat lalu lalang di atas Jalan Arifin Achmad, tapi tadi (kemarin, red) tidak terlihat,” ucapnya.
Executive General Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru M Hendra Irawan mengatakan, kabut tebal kemarin menyebabkan jadwal keberangkatan maupun kedatangan pesawat di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terganggu.
Alhasil, banyak terjadi keterlambatan keberangkatan dan juga kedatangan karena jarak pandang yang berkurang. Untuk keberangkatan, kemarin ada dua pesawat yang mengalaminya yakni Lion Air JT-279 tujuan Yogyakarta dan Wings Air IW-1242 tujuan Kualanamu. Namun kembali berangkat setelah 50 hingga 60 menit mengalami keterlambatan.
Kemudian untuk kedatangan, penerbangan yang terdampak antara lain pesawat Batik Air ID-6850 dari Bandara Soekarno-Hatta dan Citilink QG-1920 dari Bandara Soekarno-Hatta. “Untuk jarak pandang terburuk itu hanya sekitar 200 meter sekitar pukul 06.00 WIB tadi (kemarin, red). Alhamdulillah siangnya sudah berangsur membaik, bahkan sudah di atas 2 kilometer,” jelasnya.
Sementara itu, Forecaster on Duty Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Mia Vadilla mengatakan berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, jarak pandang hanya 200 meter, suhu udara berada di angka 22.0 °C -33.0 °C dengan kelembaban udara 55-99 persen. Sementara arah angin berhembus ke Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan 10 km per jam-30 km per jam.
‘’Fenomena pagi ini (kemarin, red) yang dirasakan di Pekanbaru adalah kabut (fog). Hal ini terjadi di karenakan suhu permukaan bumi yang lebih dingin sehingga uap air yang berada di atas permukaan mencapai suhu titik embun,’’ ujarnya.
Dikatakan Mia, uap air tersebut kemudian mengalami proses kondensasi menjadi titik air kecil yang melayang di permukaan bumi. Jika matahari mulai muncul maka secara perlahan kondisi ini akan segera pulih kembali. “Kabut ini akan memudar seiring dengan munculnya sinar matahari sehingga jarak pandang pengendara ataupun penerbangan bisa kembali normal seperti biasanya,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki menambahkan terbatasnya jarak pandang di Pekanbaru ini bukan disebabkan kabut asap, melainkan kabut biasa yang menyebabkan kekaburan udara.
“Ini hanya kabut biasa, bukan kabut asap. Kalau untuk pagi ini kekaburan lebih dominan karena adanya partikel air yang ada di udara mengambang. Karena kondisi pagi ini kelembaban juga cukup tinggi, maka partikel uap air tidak mampu memuai ke atas, apalagi cahaya matahari yang tidak masuk ke darataibat tertutup awan yang diprediksi akan mengalami turun hujan,” ucapnya.(das)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Pekanbaru