Nasib Pemulung Merajut Asa dari Mengumpulkan Barang Bekas Hidupi Empat Anak dengan Penghasilan Rp25 Ribu Sehari

Pekanbaru | Rabu, 15 Januari 2020 - 10:34 WIB

Nasib Pemulung Merajut Asa dari Mengumpulkan Barang Bekas Hidupi Empat Anak dengan Penghasilan Rp25 Ribu Sehari
DITEMANI ANAK: Meta boru Siahaan ditemani anak sulungnya saat ditemui Riau Pos sedang duduk termenung merajut asa di pelataran minimarket di Jalan Kartama, Kelurahan Maharatu, Pekanbaru belum lama ini. ( *1/mirshal/riau pos )

PEKANBARU (RIAPOS.CO) -- Bagi sejumlah orang, mungkin barang bekas tiada berguna. Tapi lain hal yang dirasakan Meta boru Siahaan, Ibu empat orang anak ini pagi-petang mengais rejeki lewat profesi yang kerap dipandang sebelah mata. Dia menggantungkan nasib menjadi spesialis pemburu kara-kara di Ibu Kota Provinsi Riau.

LUSUH dan kurang bergairah. Begitulah kondisi Meta. Pengumpul barang-barang bekas yang tak terpakai alias kara-kara ini tampak lemas berselimutkan debu jalanan. Pakaiannya yang lusuh dan kusut terlihat semakin tak terurus.


Wajah murung menahan lapar, terpancar dari gaya bicara dan cara berjalan wanita usia kepala empat ini. Kerap kali, dia menundukkan kepalanya sembari meratapi nasib dan peliknya kehidupan.

Meta boru Siahaan adalah salah satu dari sekian banyak spesialis pencari barang-barang bekas di Kota Metropolitan. Biasanya, kebanyakan warga menyebut profesi yang dilakoninya tersebut dengan sebutan pemulung. Bahkan sebagian orang berpandangan bahwa profesi itu merupakan pekerjaan yang hina. "Beginilah cara kita mencari rezeki untuk menghidupi anak-anak Pak," katanya saat dihampiri Riau Pos.

Baginya, pandangan sepele orang terhadap profesinya tersebut bukanlah halangan untuk bertahan hidup dan membina keluarga kecilnya. Ia pun mengaku hanya seorang diri dalam mencari rejeki untuk empat orang anak yang masih bersekolah.

"Saya cari duit sendiri, anak-anak semua pada sekolah. Biaya sekolah dan biaya hidup semakin besar," kata dia, saat ditemui sedang duduk bersilah di pelataran minimarket Jalan Kartama, Kelurahan Maharatu, Pekanbaru.

Namun, secara langsung dirinya enggan menyebutkan alasan kenapa berjuang mencari rejeki seorang diri tersebut. Dia seperti menyimpan rahasia kehidupannya yang pahit. Mita ini merupakan tulang punggung di dalam keluarganya. Dia tampak sangat tertutup dalam menceritakan kehidupan rumah tangga yang serba kekurangan tersebut. Bahkan, untuk alamat rumahnya saja dia enggan membe- ritahu.

Selama berkeliling mengais rejeki dan menggantungkan nasib di ibu kota Provinsi Riau, Meta rupanya tak sendiri. Anak bungsunya yang masih sangat belia-pun ikut menemani kemanapun ibunya tersebut pergi mengais rezeki. Rutenya, yaitu di Jalan Kartama hingga areal Panam, kadang juga hingga ke Jalan Sudirman Pekanbaru. Dia sudah menjalaninya selama bertahun-tahun.

Diusia yang masih 9 tahun, anak perempuanya justru tampak lebih semangat dan optimis menapaki tantangan hidup yang serba keras. Pada dasarnya, Boru Siahaan ingin sekali anaknya menjadi anak yang sukses dan berguna kelak. Diapun selalu berpetuah kepada anak-anaknya agar rajin dan tekun dalam belajar untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik.

 "Walau saya begini, saya ingin anak-anak saya jadi orang sukses. Jangan seperti mamaknya ini," ungkapnya pilu.

Selain itu, ada 3 orang anak lagi yang menunggu kepulangan Boru Siahaan di rumah. Dirinya pun bercerita, bahwa biaya sekolah dan kehidupan tak sebanding dengan pendapatannya setiap hari. "Anak saya yang paling besar masih SMP, totalnya ada empat orang. Syukur semua sekolah," kata dia.(*1/ksm/bersambung)

 

Laporan MUSLIM NURDIN, Kota









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook