(RIAUPOS.CO) -- Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2019 lalu menjadi momen penting dan berharga bagi civitas akademika MAN 4 Pekanbaru. Tidak hanya mengenang dengan menggelar upacara, namun mereka juga menggelar nonton bareng film G30S/PKI yang disutradai Jajang C Noer pada, Jumat (4/10).
RATUSAN siswa dengan serius melihat dan mendengarkan pemutaran film Gerakan 30 September atau peristiwa pengkhianatan Gerakan 30 September Tahun 1965 oleh PKI atau dikenal dengan akronim G30S/PKI.
Film ini di zaman orde baru (orba) menjadi film sejarah favorit bagi masyarakat, untuk mengenang gerakan yang menewaskan para jenderal dan ulama. Kendati menjadi kontrofersi, namun film menjadi bukti kekejaman PKI pada waktu itu.
Sebagai bentuk kewaspadaan dan penguatan pemahaman kesejarahan Republik ini, bagi seluruh komponen bangsa terutama bagi peserta didik, maka memperingati Hari Kesaktian Pancasila ini adalah keharusan.
‘’Karenanya setelah kita upacara bersama dan melafazkan ikrar kesetiaan pada Pancasila dan NKRI dalam upacara Selasa lalu, hari ini (Jumat) kita selenggarakan kegiatan nonton bersama film G30S/PKI,’’ ujar Agus Salim Tanjung Kepala MAN 4 Pekanbaru usai membuka kegiatan nonton film tersebut di Musala MAN 4 Pekanbaru.
Tentu sebagai insan terpelajar, pihaknya juga tidak menutup mata terkait banyaknya versi yang dituduhkan sebagai dalang gerakan G30S pasca reformasi ini. Untuk memperjelas kedudukannya pihak sekolah juga menghadirkan Zulfa Hendri, salah satu sejarawan lulusan S2 UNJ jurusan pendidikan sejarah.
Dalam pemaparannya, Zulfa Hendri menyebutkan, film dokudrama G30S/PKI ini adalah film yang dibuat dalam kurun waktu dua tahun lamanya, yang dirilis tahun 1984 oleh Pusat Produksi Film Negara (PFN). Film ini dibuat berdasarkan pada versi resmi menurut pemerintah Orde Baru yang mana dalam peristiwa G30S disebutkan sebagai peristiwa kudeta yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Hal ini ditulis oleh Nugroho Notosusanto (Sejarawan Universitas Indonesia, yang juga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ke-18 Tahun 1983-1985) dan Ismail Saleh (Jaksa Agung RI ke-19 Tahun 1981-1984 dan Menteri Kehakiman Tahun 1984-1993).
Menurut sejarah kata Zulfa, sepanjang tahun 1984 hingga 1998, film berdurasi 271 menit tersebut diputar setiap malam 30 September oleh pemerintah Orde Baru. Di awal reformasi, pemutaran film ini sempat dihentikan, karena dianggap oleh KSAU menyudutkan Korps Angkatan Udara. Namun sejak tahun 2017, pasca KSAD Jend (TNI) Gatot Nurmantyo meminta TNI menyelenggarakan nonton bersama film G30S/PKI, banyak stasiun televisi yang menayangkan kembali film tersebut, terlepas dari kontroversial yang terjadi.
“Setidaknya ada 6 versi tentang dalang peristiwa G30S. Yakni dalangnya adalah Pertama PKI, Kedua- sebagian perwira Angkatan Darat dengan PKI sebagai pemain kedua, Ketiga, Soekarno, Keempat - Soeharto, Kelima, Amerika melalui Central Intelegence Agency (CIA), dan Keenam, Sjam Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus Central PKI sebagai dalang G30S,” tutur Zulfa kepada peserta nonton bersama ini.(ysl)
Laporan ABU KASIM, Kota