PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Meskipun sempat ditiadakan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19. Kini Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Pekanbaru bersama PSMTI Riau, Perwanti Riau, dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Riau mengadakan makan bakcang bersama dalam perayaan budaya festival Duan Wu Jie 2022.
Dalam festival makan kue cang bersama yang diselenggarakan di Sekretariat PSMTI Riau Jalan Setia Budi, Kecamatan Lima Puluh, Sabtu (4/6) tersebut dihadir puluhan warga Tionghoa di Pekanbaru serta para Pengurus PSMTI Kota Pekanbaru, Pengurus PSMTI Riau, Relawan PSMTI Riau Peduli, PSMTI Kampar dan anggota PERWANTI PSMTI Riau serta Mahasiswa.
Tampak sejumlah warga Tionghoa antusias mengikuti kegiatan tersebut dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, dan menjaga jarak.
Menurut Ketua Pantia, Tutik kepada Riau Pos, walaupun kegiatan makan bakcang bersama ini baru kembali dilaksanakan, namun dirinya senang karena acara ini dapat menarik minat para kaum muda Tionghoa untuk melestarikan budaya mereka.
Apalagi, sebelum pandemi melanda Indonesia dan Provinsi Riau festival makan kue cang bersama ini menjadi agenda rutin Perwanti Riau dan PSMTI Pekanbaru serta PSMTI Riau setiap tahun untuk melestarikan budaya Tionghoa.
Selain itu, lanjut Tutik, dalam perayaan Duan Wu Jie sangat identik dengan makan kue cang yang terdiri dari bacang dan kicang. Makanan terbuat dari beras ketan serta dibungkus dengan daun bambu.
"Jadi kue ini berbahan dasar beras ketan yang dibuat dengan isi dan tanpa isian. Kalau Kicang adalah kue ketan yang tanpa isi didalamnya dan dimakan dengan selai atau gula merah. Sedangkan bacang berisi daging halal dan non halal, bisa juga berupa vegetarian," Ucapnya.
Tak hanya sekadar makan bersama. Dikatakan Tutik lagi, setiap warga Tionghoa yang datang juga di ajarkan teknik membungkus kue cang dengan menggunakan daun bambu, dengan empat sudut yang harus tersambung satu dengan yang lainnya.
"Kami ingin melestarikan budaya ini, itu makanya kami mengajak warga Tionghoa untuk belajar membungkus kue cang. Kamidapat mensosialisasikannya atau roadshow ke berbagai sekolah dan organisasi Tionnghoa untuk lebih mengenalkan kue cang," jelasnya.
Selain memiliki nilai budaya, lanjutnya, kue cang memiliki nilai ekonomi, karena isi kue cang bisa dikreasikan atau disesuaikan dengan selera masyarakat.
"Karena terbuat dari ketan jadi kue ini bisa disesuaikan dengan lidah nusantara dan bisa menjadi daya tarik wisata kuliner bagi masyarakat di Kota Pekanbaru serta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, " tuturnya.
Laporan: Prapti Dwi Lestari (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman