MENGHAFAL APA YANG PERLU, UTAMAKAN PEMAHAMAN

Raja Muhammad Hayuri Islami, Mahasiswa Termuda UGM Lulusan MAN 2 Pekanbaru

Pekanbaru | Kamis, 04 Agustus 2022 - 09:39 WIB

Raja Muhammad Hayuri Islami, Mahasiswa Termuda UGM Lulusan MAN 2 Pekanbaru
RAJA MUHAMMAD HAYURI ISLAMI (ISTIMEWA)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - MASUK UGM dan memilih Jurusan Filsafat memang keinginannya. Bahkan Raja bercita-cita ingin menjadi seorang filsuf, sesuai dengan pelajaran yang menjadi passion dirinya yakni filsafat. Raja yang baru tamat tahun ini terinspirasi filsuf dunia seperti Aristoteles dan Ibnu Sina.

 


Menjadi mahasiswa termuda UGM ini, bermula dari kelas akselerasi yang dijalani Raja di MAN 2. Raja yang menjalani pendidikan SD hingga MTs di Pekanbaru menyebutkan sengaja memilih MAN 2 karena merasa yakin madrasah tersebut mampu memaksimal potensinya. Dirinya juga memilih masuk MAN 2 karena ada pendidikan Agama Islam.

 

saya di bidang agama. Dengan bersekolah di MAN 2 Pekanbaru saya dapat belajar agama lebih mendalam," ungkapnya ketika dihubungi lewat sambungan telepon, Rabu (3/8).

Ketika ditanya soal metode belajarnya, Raja mengaku memilih caranya sendiri. Dirinya hanya menghafal apa yang perlu dihafal dan memahami sesuatu masalah dalam sebuah pelajaran. Raja mengaku lebih mementingkan memahami sesuatu ketimbang menghafal. Uniknya, dia tidak punya mata pelajaran favorit.

"Saya tidak bisa mendeskripsikan pelajaran favorit. Saya memandang semua pelajaran itu suatu kewajiban. Pelajaran filsafat tidak ada di sekolah," ungkap remaja yang punya hobi membaca dan bercerita ini.

Ketika disebutkan hidupnya hanya fokus belajar saja karena membaca, Raja kurang sepakat. Justru anak pasangan Raja Yulian dan Tenisa Efita Sukma ini mengaku tidak jauh berbeda dengan remaja lainnya. "Intinya sama dengan remaja seperti biasanya. Saya kadang juga main game. Tapi (untuk lulus cepat dalam dua tahun) konsisten saja untuk tekun dan serius belajar," ungkap warga Pekanbaru kelahiran tahun 2006 ini.

Selalu Diskusi dengan Orang Tua

Raja Muhammad senang bercerita. Hal ini dibenarkan sang ayah, Raja Yulian. Berbincang dengan Riau Pos, sang ayah mengatakan selain sering bercerita, dirinya memang membiasakan anaknya untuk bertukar pikiran dan diskusi.

Hal rutin yang dilakukan keluarga itu adalah diskusi di meja makan tentang berbagai hal. Bahkan momen meja makan menjadi salah satu momen terpenting bagi Raja Julian dan istrinya, Tenisa Efita Sukma, mengontrol jalannya pendidikan dan proses belajar anak mereka.

"Memang dalam pendidikan pelajaran, kami selalu diskusi dan kami sebagai orang tua tidak pernah memaksa. Dia yang pilih keinginan dia, tapi dia harus tanggung jawab. Kami tetap kontrol saat makan bersama, saat sarapan, dan makan malam. Kami akan bertanya sambil berdiskusi terkait pelajarannya. Bagaimana di sekolah?," ungkap Yulian.

Yulian dan istri sepakat bahwa tidak ada paksaan pada anaknya. Sulung dari dua bersaudara itu bahkan tidak pernah ditargetkan harus juara atau dapat pencapaian apa. Yang terpenting, anaknya itu nyaman, menikmati pendidikan, dan pelajarannya. Setiap pilihan yang dibuat Raja Muhammad, kata Yulian akan selalu diikuti konsekuensi dan gambaran tanggung jawab dari pilihannya itu.

"Kalau belajar di rumah, biasa-biasa saja. Belajar, baca buku, pakai laptop, bahkan dia lebih banyak di kamar. Waktu belajar, dia belajar. Waktu istirahat (tidur) dia akan istirahat. Kadang saya lihat di kamar, dia main game, seperti anak-anak pada umumnya," terangnya.

Namun Yulian menceritakan, memang Raja memang lebih cepat masuk SD, di usia lima tahun. Awalnya, Yulian tidak berniat memasukkan anaknya ke jenjang SD cepat. Raja kecil melihat teman-teman PAUD-nya sudah masuk SD, dia ingin pula masuk SD.

"Memang umur 4,5 tahun itu dia sudah pandai baca dan mengoperasikan laptop. Lima tahun lancar baca tulis. Akhirnya saya berbicara dengan kepala sekolah untuk mencari jalan agar dia bisa masuk SD. Kalau saya dan emaknya yang penting dia senang dan bahagia," ungkapnya.

Akhirnya Raja menjalani psikotes dan tes IQ. IQ Raja Muhammad saat itu, waktu berusia 5 tahun, nilainya 120. Lalu hasil psikotes dan tes IQ inilah yang dilampirkan agar Raja tetap bisa masuk jenjang SD. "Ternyata di SD dia dapat ranking. Ranking 1, 2, dan 3 sampai selesai (tamat). Putar-putar situ aja rankingnya," kata Yulian.

Setelah lulus di SD negeri tersebut, Raja memilih sendiri masuk MTsN Andalan Pekanbaru sebagai pilihan jenjang pendidikan selanjutnya. Begitu juga saat memilih MAN 2, juga atas pilihannya sendiri.

"Bagi saya dan emaknya, yang terpenting dia senang dan tanggung jawab sama pilihannya. Tentunya kami lewat diskusi memberikan arahan. Ketika dia memilih kelas akselerasi misalnya, akan kami beri tahu bahwa konsekuensinya begini, dia nanti jadi harus begini. Jadi walaupun pilihan, ada di dia. Tapi kami tetap mengarahkan dan mengontrol," kata Yulian.

Bahkan, setelah menjadi mahasiswa UGM saat ini, budaya diskusi dan bertukar pikiran ini masih menjadi kebiasaan antara Raja Muhammad dan kedua orang tua. Hal ini juga dibenarkan oleh sang ibu. "Sekarang sudah jauh, tapi dia tetap cerita dan diskusi. Dia selesai dari kampus, setelah pulang dia VC (video call, red). Dia akan cerita apa yang dia lalui saat di kampus," kata ibunya.

Raja Yulian dan Tenisa Efita Sukma sama-sama berharap anaknya bisa terus mengulang sukses dan keberhasilan lulus cepat di MTs dan MAN 2 ketika kuliah di UGM saat ini. Mereka akan terus berdoa dan akan terus memberi dukungan penuh agar anak pertama mereka itu dapat menggapai cita-cita sesuai apa yang direncanakannya.

Siswa yang Tekun dan Sopan

Riau Pos juga berkesempatan bertemu Wakil Kepala Bidang Humas MAN 2 Pekanbaru Mery Novikawati yang pernah mengajar Raja. Menurut Mery, Raja merupakan salah seorang siswa yang mengikuti program satuan kredit semester (SKS) yang bisa lulus dalam jangka waktu dua tahun (SKS 2). Hanya siswa tertentu yang ditawarkan, lalu dites, dan bisa ikut program ini.

Mery yang sempat mengajar Raja untuk mata pelajaran Bahasa Inggris menceritakan, karakter dan etos belajar Raja memang sedikit berbeda dari siswa lainnya. Raja terkenal sebagai siswa yang tekun dan lebih dewasa. Untuk kedewasaan ini, terlihat dari cara bicaranya.

"Dia tekun, serius, dan sopan. Apa pun yang diberi tugas selalu selesai sebelum batas waktu. Cara bicaranya juga terstruktur dan dewasa. Kalau bertanya kepada guru, pilihan katanya sangat bagus," cerita Mery.

Saat ini, menurut Mery, seluruh siswa MAN 2 sudah menggunakan sistem SKS, sesuai petunjuk teknis Dirjen Pendis Kemenag RI No 2852 Tahun 2019. Dalam program tersebut siswa bisa lulus 2, 3, dan 4 tahun.

Raja merupakan siswa yang masuk program peminatan yang bisa lulus dalam 2 tahun. Dengan sistem homogen, Raja masuk program peminatan IPS. Termasuk Raja, satu angkatan yang lulus 2 tahun pada kelas ini hanya sebanyak 7 siswa. Sementara IPA seangkatan Raja sebanyak 30 siswa.

"Sebenarnya Raja ini bukan yang pertama, pada tahun lalu salah seorang siswi kami, Salwa menjadi mahasiswa termuda di Universitas Padjadjaran Bandung, juga di usia 15 tahun," kata Mery.

Namun, kata Mery, ada kalanya siswa yang dinyatakan lolos program SKS lulus 2 tahun ini kembali ke kelas reguler. Yang menentukan siswa itu lulus dan bertahan bukanlah IQ atau kepintarannya. "Ada kemungkinan dikembalikan lagi, bukan karena IQ. Kembali ke anaknya lagi. Apakah dia masih semangat atau masih tekun apa tidak," sebut Mery.

Keseharian Raja di tahun terakhir juga terekam dengan baik dalam ingatan wali kelasnya, Dra Diah Anggraini. Raja menurutnya memang sedikit berbeda, terutama soal cita-citanya yang ingin menjadi seorang filsuf.

"Usianya memang muda tapi cara berpikir dan bersikap sangat dewasa. Cita-cita Raja memang dari awal ingin jadi filsuf. Ini luar biasa karena jarang sekali anak muda punya cita-cita seperti itu. Alhamdulillah, Allah mempermudah jalannya untuk mencapai cita-citanya. Kuliah di universitas dan jurusan sesuai dengan yang diinginkannya," kata Diah.

Program cepat lulus ini bukan hal  baru bagi MAN 2. Program serupa sudah diterapkan di sekolah tersebut sejak 2014 silam. Dulu program ini bernama kelas akselerasi, namun saat ini diberi nama program SKS 2, atau SKS yang bisa lulus 2 tahun. Satu guru ditugaskan untuk menjadi koordinator program ini, yaitu Drs H Sumono, salah seorang guru senior di madrasah tersebut.***

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook