Padahal menurut Pengamat Transportasi Universitas Islam Riau (UIR) M Zaenal Muttaqin, dalam pembagian prioritas pengguna jalan, pesepeda adalah prioritas nomor dua setelah pejalan kaki. Prioritas ketiga baru kendaraan bermotor. Namun tetap saja, prioritas hanya tinggal aturan dan teori diatas kerja. Malah kata Zaenal, pengendara bermotor justru menjadi raja di jalan Raja.
“Sekarang kendaraan bermotor yang jadi raja. Kalau pejalan kaki mau menyeberang mereka bukannya mengalah, malah menggeber-geber klakson. Kondisi kultur dan infrastruktur kita saat ini juga membuat pesepeda merasa tidak aman,” terangnya.
Menurut Zaenal, memang tidak mudah untuk menghidupkan jalur sepeda di Kota Pekanbaru. Bahkan dirinya menerangkan, belum ada satupun Kota di Indonesia yang bisa dijadikan contoh dalam penerapan jalur sepeda. Bila Kota Pekanbaru berhasil, Pekanbaru bisa jadi pionir. Untuk menghidupkan jalur sepeda yang infrastrukturnya yang sudah ada menurutnya setidak harus ada unsur pendukung.
“Pertama ada minat masyarakat menggunakan sepeda. Ini bisa didorong oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dengan memberika npemancing. Program kasih papa saya kira bagus. Begitu juga semangat Walikota untuk mengajak warga menggunakan transportasi umum. Tapi program itu sudah tidak ada lagi gaungnya. Dulupun saat mengajak masyarakat naik transportasi umum, hanya hari pertama saja, selanjut tidak ada,”terangnya.