Senada dengan Fikri, perempuan kelahiran Pekanbaru, 19 April 2001 ini merasakan beratnya masa-masa latihan selama di karantina. Apalagi, mereka harus bisa menyesuaikan diri satu sama lain. Misalnya dalam hal baris-berbaris. Dengan berbagai latar belakang daerah karakter, perlu latihan sungguh-sungguh untuk bisa kompak menyatukan gerak.
“Karena punya semangat tinggi, alhamdulillah bisa,” ujar Lafinia.
Disatukan dari lain daerah, adat dan budaya, Lafinia merasa banyak pelajaran yang didapat selama masa karantina. Karenanya dia berpesan kepada pelajar di seluruh Tanah Air, khususnya Riau, agar menjaga yang namanya toleransi sebagai anak bangsa yang majemuk.
“Jangan membeda-bedakan teman, beda provinsi, beda agama, beda adat, karena kita Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika. Kita makhluk sosial yang saling memerlukan,” pesannya.
Orangtua pun Bangga
Orangtua Fikri, Syahruddin dan Hj Ermayetti benar-benar tidak menyangka putra keempatnya bisa berada di Istana Negara untuk tugas mulia mengibarkan bendera pusaka.
“Alhamdulillah. Kami semua senang. Semoga Fikri berhasil mengibarkan bendera merah putih di Istana Negara,” kata Syahruddin, Selasa (15/8).
Rasa bangga juga disampaikan Kepala SMAN 1 Telukkuantan, Ergusneti SPd. Bagi Ergusneti, keberhasilan Fikri menjadi Paskibraka tahun ini menambah daftar pelajar di sekolah ini yang berhasil menjadi Paskibraka di Istana Negara.
“Ini Anugerah luar biasa karena Fikri harus bersaing dengan utusan dari kabupaten/kota di Riau,” ujarnya.