RAPP Optimis Industri Kehutanan Stabil

Pekanbaru | Senin, 01 Februari 2021 - 10:30 WIB

RAPP Optimis Industri Kehutanan Stabil
Dua karyawan PT RAPP sedang mengamati pohon eukaliptus yang digunakan sebagai bahan pulp, kertas dan rayon, baru-baru ini.(RAPP FOR RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Situasi pandemi Covid-19 membawa pengaruh signifikan bagi sebagian besar usaha maupun aktivitas industri. Meski demikian, tak sedikit pula aktivitas industri yang masih solid dan mampu bertahan sehingga berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional.

Salah satu industri yang menopang perekonomian Indonesia untuk tetap bertahan di tengah pandemi yakni industri manufaktur kehutanan seperti pulp dan kertas. Sepanjang 2020, sektor hulu dan hilir industri kehutanan Indonesia mampu mencatatkan kinerja ekspor yang melebihi ekspektasi meskipun diterpa pelemahan ekonomi global.


Salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di Indonesia, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) juga optimis dengan peluang industri kehutanan pada 2021 kendati pelambatan ekonomi imbas pandemi Covid-19 menjadi faktor eksternal yang dihadapi oleh pelaku bisnis. "Kami tetap optimis dan berharap 2021 tetap stabil. Kami ambil kesempatan untuk konsolidasi internal," kata Direktur Utama PT RAPP Sihol Aritonang.   

Di tengah pandemi, Grup APRIL ini bahkan meluncurkan visi APRIL2030 mencakup serangkaian komitmen perusahaan hingga 10 tahun ke depan untuk berkontribusi positif bagi alam, iklim dan masyarakat sembari tumbuh menjadi perusahaan yang berkelanjutan.   

APRIL2030 terdiri dari serangkaian target spesifik berbasis ilmu pengetahuan yang terdiri dari empat pilar, yakni iklim positif, lanskap yang berkembang, kemajuan inklusif dan pertumbuhan yang berkelanjutan.   

"Empat pilar APRIL2030 ini sejalan dengan prioritas pemerintah. Seperti yang kita tahu, Indonesia berkomitmen di tingkat global untuk ambil bagian mengurangi emisi karbon, kemiskinan, angka stunting, dan pendidikan. Hal ini jelas tertuang dalam agenda APRIL2030," ujarnya.   

Aksi nyata untuk memulai komitmen APRIL2030 ditandai dengan diskusi lanjutan dengan Wildlife Conservation Society untuk mendukung perlindungan satwa liar dari perdagangan ilegal di Indonesia, termasuk spesies yang terancam punah. Eco-Research Camp di Semenanjung Kampar, Riau juga telah dibangun sebagai tempat penelitian lahan gambut bagi akademisi dan ilmuwan nasional maupun internasional.

APRIL juga menjalin kemitraan dengan Science-Based Target Initiative (SBTi) dan akan bekerja sama untuk menetapkan target pengurangan emisi berbasis sains yang selaras dengan kriteria penetapan target SBTi. APRIL juga berencana untuk memasang panel surya berkapasitas 20MW di lokasi operasionalnya mulai 2021 dan diharapkan rampung pada 2025.

Tak hanya itu, Grup APRIL juga memperluas komitmen konservasi dan restorasi hutan dengan menyisihkan dana dari tiap ton kayu yang digunakan dalam produksi untuk membiayai investasi di bidang lingkungan hingga sebesar 10 juta dollar AS per tahun.   

Langkah Grup APRIL tersebut mendapat sambutan positif dari pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang turut hadir dalam peluncuran APRIL2030 mengapresiasi serangkaian komitmen keberlanjutan yang diluncurkan Grup APRIL. Ia berharap, langkah nyata tersebut dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya di sektor perhutanan.   

"Kinerja baik ini diharapkan bisa ditingkatkan menjadi model pengelolaan industri kehutanan yang dapat dikembangkan oleh perusahaan swasta lainnya secara berkelanjutan sehingga dapat bersinergi dengan pemerintah dan secara kumulatif dapat mendorong pencapaian target pembangunan ekonomi di Indonesia," kata Airlangga.

Berdasarkan data terkini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah ekspor hulu dan hilir industri kehutanan mencapai 11,08 miliar dolar AS atau jauh melampaui revisi target 2020 di angka 7 miliar dollar AS. Revisi target ini sendiri ditetapkan KLHK dengan menyesuaikan kondisi pandemi yang menyerang hampir seluruh sendi perekonomian nasional.

Memang, capaian ekspor tahun ini sedikit terkoreksi 4,67 persen secara year-on-year. Namun, dengan situasi perekonomian dunia yang diterjang resesi, melampaui revisi target yang ditetapkan menjadi pencapaian yang mengejutkan.

Tak hanya dari sisi ekspor, produksi hutan tanaman industri (HTI) juga menorehkan kontribusi positif yang tumbuh 14 persen menjadi 45,5 juta meter kubik, berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).

Bersamaan dengan itu, realisasi penanaman HTI meningkat 42 persen menjadi 274.000 hektare dibanding tahun 2019 lalu. Dampaknya, pekerja pada sektor kehutanan terhindar dari pemutusan hubungan kerja (PHK). Tercatat, jumlah pekerja yang terlibat pada sektor kehutanan dari hulu hingga hilir mencapai 1,5 juta orang.

Pencapaian positif ini, menurut Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo, tak lepas dari peran KLHK yang tak lelah memberikan dukungan dan perhatian tinggi kepada sektor usaha kehutanan di tengah tantangan pandemi dengan serangkaian kebijakan relaksasi dan insentif.  "Kondisi ini diharapkan dapat terjaga dan terus membaik di tahun 2021," ujarnya dalam acara Refleksi 2020: Soifo, Hints LHK dan Seek,  belum lama ini.

Optimisme itu semakin menguat dengan akan diberlakukannya berbagai peraturan turunan dari Undang Undang Cipta Kerja yang diharapkan akan semakin mendorong kemudahan berusaha, investasi dan penyerapan tenaga kerja.   

"Pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, LSM, akademisi dan masyarakat terus merapatkan barisan, untuk menjaga komitmen kuat terhadap pembangunan kehutanan di Indonesia, khususnya bidang pengelolaan hutan lestari. Hal ini penting di tengah pandemi COVID-19 yang turut berdampak terhadap seluruh sektor usaha, termasuk usaha kehutanan," kata Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendroyono, baru-baru ini.(aga)  

Laporan: DENNI ANDRIAN, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook