Bukan Pemotongan
PT BPR Pekanbaru memang merupakan salah satu bank yang ditugaskan menyalurkan bansos Covid-19. Pekanbaru mendapatkan bansos Covid-19 dari Pemprov Riau untuk 29.662 KK. Setelah diverifikasi Dinsos Kota Pekanbaru, datanya menjadi 26.448 KK. Dari jumlah itu, penyaluran melalui BPR Pekanbaru sebanyak 6.424 KK. Sisanya di BRK dan BRI. BRK yang terbanyak 19 ribuan KK.
Sesuai mekanisme perbankan, maka penerima bansos harus membuka rekening bank terlebih dahulu. Minimal Rp50 ribu harus dikeluarkan untuk membuka tabungan sebagai saldo awal.
"Masalahnya kadang ada bahasa pemotongan. Padahal bukan," ujar Akhmad.
Buktinya, beberapa orang yang mengambil habis bansos itu tetap utuh menerima dananya. Tapi sesuai mekanisme di perbankan, di rekening bank harus menyisakan Rp10 ribu supaya tidak terjadi penutupan rekening untuk penyaluran bansos berikutnya.
Akhmad juga menampik anggapan bahwa PT BPR Pekanbaru mendapatkan keuntungan finansial dari penyaluran bansos ini. Tidak ada biaya operasional dari penyaluran bansos ini sejak 18 Juni 2020. Bahkan pihaknya justru mengeluarkan dana yang cukup besar untuk operasional selama penyaluran dana bansos. Tak kurang Rp10 juta sudah dikeluarkan untuk tenda, kursi, konsumsi, dan lainnya yang semuanya dari kas PT BPR Pekanbaru.
"Tapi karena ini kebijakan Pemko, maka kami jalankan," ujar Akhmad.
Keuntungan PT BPR Pekanbaru dari penyaluran bansos Covid-19 ini hanyalah penambahan jumlah nasabah. Itu pun saldonya kecil. Selain itu, mulai banyak yang kenal dengan BPR Pekanbaru.
"Dulu tak banyak yang tahu Pemko Pekanbaru punya BPR. Momen ini membuat masyarakat mulai kenal BPR Pekanbaru. Itu mungkin keuntungan lain. Kalau keuntungan finansial tak ada," ujarnya.
Performa PT BPR Pekanbaru menurutnya memang terus meningkat. Bahkan per Mei 2020 ini, BPR Pekanbaru sudah berlaba Rp411 juta dari target Rp221 juta. Padahal sebelumnya minus Rp273 juta pada 2019 dan Rp700 juta pada 2018.
Kredit macet atau NPL (non performing loan) juga terus menurun. Pada saat awal direksi baru dilantik, Oktober 2019, NPL mencapai 28,5 persen. Terus turun menjadi 18,32 persen pada Desember 2019. Sekarang NPL-nya 8,5 persen gross/bruto dan 4,61 persen netto.
"Jadi kami sekarang sudah berlaba. Tapi kalau kami dikatakan mengambil keuntungan dari penyaluran bansos Covid-19, itu jelas keliru. Kami ini diawasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan, red) kok," ujarnya.
Laporan: Muhammad Amin (Pekanbaru)
Editor: Eko Faizin