CATATAN SEPAKBOLA

Indonesia, Meski Kalah Tetap Indonesia

Olahraga | Kamis, 30 Desember 2021 - 23:07 WIB

Indonesia, Meski Kalah Tetap Indonesia
Dua pemain Indonesia, Pratama Arhan dan Irfan Jaya, memberikan harapan pada masa depan tim nasional Indonesia. (TWITTER PSSI)

Oleh Wannofri Samry

INDONESIA kalah dari Thailand 4-0 dalam final leg pertama Piala AFF 2020 (2021). Kekalahan ini seakan antiklmaks dari kesuksesan Indonesia sejak penyisihan grup. Indonesia selalu menang kecuali sekali seri kontra juara bertahan Vietnam.


Capaian ini tentu sangat bagus dan membanggakan, apalagi Indonesia menurunkan pemain-pemain muda yang relatif kurang pengalaman di ajang internasional. Pujian-pujian diberikan kepada pelatih Shin Tae Yong, seorang pelatih yang pernah membawa Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018.

Shin Tae Yong telah membangkitkan semangat dan talenta muda dalam tim sepakbola Indonesia. Tidak salah jika kesuksesan yang dibawanya sampai ke final Piala AFF 2020 menimbulkan harapan yang tinggi di kalangan masyarakat Indonesia agar kali ini Piala AFF bisa dibawa ke Indonesia.

Sebelumnya, sejak Piala AFF digulirkan tahun 1996, Indonesia sudah 5 kali maju  final namun selalu kandas sebagai runner-up.

Selama Piala AFF 2020 ini harapan-harapan dan doa untuk kemenangan Tim Garuda memenuhi juga media sosial. Setiap pertandingan berbagai status bermunculan, ada yang mengkritik, memuji berdoa dan sebagainya.

Ramainya komentar netizen di media sosial menandakan bahwa bangsa Indonesia memang pecinta sepak bola. Selain itu sepakbola telah mampu menjadi perekat kebangsaan atau membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia. Ini tentu sangat positif bagi pertumbuhan bangsa, kegairahan  berbangsa.

Itu tentu satu alasan kenapa sepakbola harus selalu digulirkan dan didukung selalu. Pembangunan bangsa ini tentu juga membangun jiwa-raga, semangat dan harapan, tantangan dan kebanggaan. Tim Garuda Muda sudah mengisi ruang kegairahan ini.

Kembali pada kekalahan leg  pertama dari Thailand, tentu ini biasa dalam sepakbola. Jika takut kalah tidak usah bertanding, kan? Setiap kejuaraan ada yang menang dan yang kalah. Kenikmatan kejuaraan bukan hanya pada peraihan piala, namun pada permainan itu sendiri.

Jika poermaianan itu mengasyikkan dan gol-gol indah diciptakan, di sana ada kebahagiaan. Mau masuk ke gawang Indonesia atau ke Thailand tetap bisa dinikmati dari segi hiburan. Hal yang penting adalah fair play. Jika ada kecurangan, baik dari bandar judi, wasit, pemain, organisasi tim atau dari panitia pertandingan, maka ini yang susah dinikmati.

Sepakbola jangan digunakan sebagai ajang yang bukan-bukan, politik atau pencitraan, sebab itu akan melukai dan menyakitkan. Kita mendapat informasi sebelum kekalahan Indonesia dari Malaysia di final Piala AFF tahun 2010 di Bukit Jalil Kuala Lumpur ada saja pejabat sepakbola yang masuk ke ruang ganti pemain.

Katanya memberi semangat, namun berujung kekalahan. Itu terngiang lagi pada AFF 2020 ini. Apakah ada hubungannya kekalahan dengan pejabat yang masuk ke ruang ganti itu? Entahlah. Tetapi di ruang media sosial ribuan warganet menyuarakan para pejabat jangan ikut masuk ke ruang ganti, itu bahaya! Suara-suara kritik pun berseliweran.

Kini kekalahan  di leg pertama dari Thailand tentu membuyarkan harapan. Langkah untuk memenangkan Piala AFF akan semakin berat. Itu diakui oleh poelatih Shin Tae Yong, walaupun dalam sepakbola apa pun bisa terjadi. Bola bundar. Itu bisa terjadi seperti kekalahan Liverpool 0-3 dari Barcelona di Liga Champion tahun 2019, akhirnya Liverpool membalikkan keadaan dengan menang 4-0 di leg kedua. Ya, Indonesia bukan Liverpool, tapi itu bisa saja terjadi. Shin Tae Yong kan pelatih yang tak terduga.

Untuk kemenangan Indonesia pada leg kedua banyak tanggapan dari pecinta sepakbola Indonesia. Ada yang mengatakan Chanatip Sangkrosin  mesti “dimatikan” dan dijaga terus, walaupun pemain-pemain Thailand punya kemampuan merata. Sebab mereka punya pemain depan yang tak kalah tajam seperti Teerasil Dangda, Supachok Sarachat, atau Bordin Phala.

Ada juga yang menyarankan Indonesia menurunkan pemain-pemain full back dan senior dari awal, seperti Evan Dimas, Victor Igbonefo dan Elkan Baggott. Buktinya setelah Baggott diturunkan pada babak kedua, lini belakang agak terasa tenang, walaupun masih ada kebobolan. Masalahnya lini kedua Thailand belum terjaga sempurna, dan gol umumnya tercipta dari sektor itu.

Walaupun sudah kalah, umumnya netizen dan pecinta sepakbola Indonesia masih memuji kesuksesan Shin Tae Yong membawa Indonesia juara. Pasukan muda yang mempunyai harapan untuk berkembang. Namun ada juga yang negatif, para netizen yang tidak melihat perkembangan pasukan Garuda Muda, mereka yang menginginkan hasil cepat dan segera juara.

Mirisnya ada yang menyuruh Indonesia tidak usah lanjut main ke leg kedua, sebab akan memalukan saja. Ada juga beberapa caci-maki terhadap pengurus sepakbola, pemain, dan pelatih. Alamaak! Ini tentu penonton yang tidak menikmati permainan bola.

Pertandingan it’s only the game! Kalah-menang biasa. Kalah-menang tetap Indonesia. Maju anak muda, Garuda akan terbang tinggi membawa Indonesia!**

Wannofri Samry, pecinta sepakbola Indonesia, tinggal di Padang.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook