MILAN (RIAUPOS.CO) — Salah seorang pemain yang diinginkan allenatore Simone Inzaghi ketika didapuk melatih Inter Milan musim lalu adalah Federico Dimarco. Sejak dibeli lagi oleh Inter pada 2018, bek 25 tahun itu memang langsung dipinjamkan ke Parma Calcio dan dua musim bersama Hellas Verona.
Performanya dengan mencetak 5 gol dan 5 umpan gol pada musim 2020—2021 menjadi faktor utama Inzaghi menyimpannya sejak musim lalu. Bagi Dimarco, kesempatan bermain bersama Nerazzurri cukup langka. Padahal, dia merupakan jebolan akademi rival sekota AC Milan tersebut. Dimarco juga Milanese alias kelahiran Milan. Dia bergabung dengan akademi Inter pada 2004—2015.
Namun, periode pertamanya bersama Inter tidak berjalan mulus. Dia hanya bermain di dua laga. Salah satunya ketika debut dengan menggantikan Danilo DAmbrosio pada fase grup Liga Europa kontra Qarabag FK musim 2014—2015. Ketika itu usianya baru 17 tahun.
Dalam dua musim berselang, Dimarco justru dipinjamkan ke Ascoli Calcio dan Empoli FC sebelum dibeli klub Liga Swiss FC Sion. Hanya semusim bersama Sion, Bondia (Pirang) —julukan Dimarco— kembali ke Inter dengan klausul buyback. Setelah dipertahankan Inzaghi musim lalu, Dimarco mulai nyetel dengan mengemas 6 gol dan 12 umpan gol dari semua ajang.
Penampilan itu membuat Dimarco dibandingkan dengan bek kiri AC Milan, Theo Hernandez. Musim ini Dimarco lebih unggul atas Hernandez dengan 4 gol dan 7 umpan gol berbanding 3 gol dan 5 umpan gol milik adik bek Bayern Munchen Lucas Hernandez tersebut. Namun, jika barometer diambil sejak musim lalu, Hernandez lebih unggul dengan 8 gol dan 15 umpan gol.
”Tidak penting bagaimana proses gol terjadi selama itu sah,” ujar Dimarco mengenai golnya ke gawang Juventus pada second leg semifinal Coppa Italia kemarin kepada Ansa.
Gol tersebut membuat Inter back-to-back lolos final dengan keunggulan agregat 2-1. Keberhasilan ke final Coppa Italia membuat Lautaro Martinez dkk menjaga potensi menyabet mini-treble. Ya, sejauh ini mereka mengamankan Supercoppa Italiana. Satu ajang lagi adalah Liga Champions dengan melawan Rossoneri di semifinal pada 11 Mei dan 17 Mei mendatang.
Bagi Bianconeri, musim ini nyaris dipastikan mereka kembali nirgelar. Sebab, di Serie A meski masih berkesempatan juara dengan minus 19 poin dari capolista SSC Napoli, kans mereka otomatis musnah jika Napoli mengalahkan US Salernitana pada giornata ke-32 besok (29/4). Juve bakal kali kedua beruntun nirgelar sejak 2011.
”Kami gagal memanfaatkan momentum (pasca dikembalikannya hukuman 15 poin di Serie A, red). Fokus di sisa musim ini adalah finis empat besar,” kata allenatore Juve, Massimiliano Allegri.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman