Jalanan M Adriatico di kawasan Rizal Memorial Sports Complex (RMSC) padat merayap Senin siang kemarin (25/11). Mobil hilir mudik memadati jalanan protokol di ibu kota Filipina tersebut. Terlihat empat mobil damkar berbaris di lajur kanan jalan. Nyaris memakan separo badan jalan. Mereka dikerahkan untuk menyapu puing-puing dan debu efek sisa konstruksi renovasi RMSC.
FILIPINA (RIAUPOS.CO) -- PHISGOC (Philippine Southeast Asian Games Organizing Committee, alias panitia lokal Filipina) diburu waktu untuk segera menyelesaikan venue. Kompleks olahraga terbesar di Manila itu bakal jadi lokasi pertandingan beberapa cabor sekaligus. Antara lain senam, tenis, soft tennis, dan yang paling dekat: sepakbola. Cabor yang terakhir disebut itu sudah mulai bertanding hari ini.
Charlie Esquivel, otoritas Rizal Memorial Stadium membenarkan pihaknya sangat dikejar deadline."Kami bekerja cepat untuk bisa memastikan semuanya selesai," ujarnya ketika ditemui JPG, kemarin.
Sisa-sisa konstruksi memang masih tersebar di berbagai titik di kompleks tersebut. Selain puing, sisa-sisa bahan bangunan, serta debu, alat-alat berat masih teronggok begitu saja. Salah satunya di sekitar lapangan tenis. Para pekerja juga masih tampak hilir mudik.
Selain itu, bau tidak sedap tercium di beberapa sudut RMSC. Semprotan air dari mobil-mobil damkar juga bisa sedikit menghilangkan bau tersebut. Setelah dibersihkan sesiangan, dari pantauan Jawa Pos, jalanan di depan RMSC relatif lebih bersih tadi malam. Meski begitu, bau tidak sedap masih tercium.
Tidak hanya bagian luar gedung yang masih berantakan. Masuk kompleks RMSC, sisa-sisa konstruksi juga masih ada di mana-mana. Tribun masih diperbaiki, ruang ganti alias loker pemain masih dibangun. Plus yang paling epik, dan sudah viral sejak kemarin pagi, media center atau ruang konferensi pers yang serupa gudang!
Ruangan itu sejatinya arena cabor squash. Ukurannya pun relatif luas. Bisa menampung sekira seratus jurnalis. Namun kelihatan sekali ruangan itu belum jadi. Lantainya semen kasar. Temboknya masih berupa batako ekspos alias belum diplester. Bahkan backdrop untuk konferensi pers baru dipasang beberapa jam menjelang pertandingan Malaysia versus Myanmar kemarin.
"Mohon maaf, ini memang mengecewakan buat teman-teman media," kata John Louie Barte, salah seorang petugas media di cabor sepak bola kepada JPG.
Suasana semakin suram ketika hari sudah malam. Tidak ada lampu sentral. Hanya ada dua lampu sorot di kedua sisi ruang. Jangan tanya apakah ada wi-fi di sini. Alih-alih internet nirkabel, sambungan listrik pun baru diupayakan saat pertandingan berlangsung. Bahkan empat kipas angin besar di sana nganggur. Hanya satu yang menyala.
Manajer venue cabor sepak bola Cyril Dofitas mengatakan, pengerjaan media center memang sangat singkat. Dia mengatakan, ruang konferensi pers yang biasa dipakai di Rizal Memorial Stadium kini digunakan untuk cabor angkat besi. Akhirnya media center harus menggunakan venue squash yang belum rampung. "Saya kasih tahu ya. Kami membikin ini hanya dalam waktu dua hari,"ungkap Dofitas.
Tidak hanya infrasktruktur yang bikin pusing panitia maupun peserta. Pelayanan tuan rumah terhadap kontingen tamu juga sangat buruk. Dua hari lalu, para pemain sepak bola Timor Leste dan Thailand telantar di bandara. Jemputan telat. Tim Kamboja tidak bisa segera check in di hotel, karena hotelnya belum siap. Kemarin, giliran timnas Indonesia yang merasakan ketidakberesan.
Seharusnya, timnas berangkat dari Hotel Jen sekitar pukul 05.00 waktu setempat. Namun, bus datang terlambat. Para pemain harus jalan kaki ke stadion. Untungnya jarak tempat menginap Garuda Muda hanya sekitar 1,2 kilometer dari hotel. "Itu urusan panitia (bus telat). Yang penting kami bisa cepat mengantisipasi dengan jalan kaki," kata Hendro Kartiko, pelatih kiper Timnas Indonesia U-23.(*/na)
Laporan Nuris Andi Prastiyo dan Dipta Wahyu Pratomo, Manila