PEMAIN TERBAIK EROPA 2021

Kemiskinan dan Kerja Ibu Antar Jorginho ke Puncak

Olahraga | Jumat, 27 Agustus 2021 - 09:04 WIB

Kemiskinan dan Kerja Ibu Antar Jorginho ke Puncak
Jorginho bersama trofi Piala Eropa 2020 (2021). (TWITTER UEFA)

GELANDANG pengatur serangan Italia, Jorginho, merebut gelar Pemain Terbaik Eropa 2021 setelah mengalahkan Kevin De Bruyne dan N'Golo Kante dalam pengumuman yang berlangsung di Turki, Kamis (26/8/2021) malam.

Jorginho sukses merebut gelar tersebut berkat penampilan yang mendukung timnas Italia juara Piala Eropa 2020 dan membawa Chelsea meraih gelar Liga Champions, serta Piala Super Eropa

Baca Juga : Tantangan Tak Mudah

Jorginho lahir di Imbituba, sebuah kota pelabuhan di Santana Catarina, Brazil Selatan pada 20 Desember 1991, dengan nama lengkap Jorge Luiz Frello Filho. Ia tinggal di kota kecil tersebut hingga berusia 15 tahun.

Ibunya, Maria Tereza Freitas, seperti dilansir Reuters, adalah seorang wanita berdarah Brazil dan mantan pemain sepakbola amatir. Maria, sebut Jorginho dalam banyak kesempatan, adalah sosok paling berpengaruh dalam kariernya, karena sangat mendukungnya menekuni sepakbola.

Maria berpikir sepakbola adalah jalan keluar dari garis hidup yang sulit. Dilansir dari Life Bogger, saat mengandung Jorginho Maria bersumpah akan menjadikan sang buah hati pesepakbola profesional jika yang lahir lelaki.

Ayahnya, Jorge Luiz Frello juga merupakan mantan pesepakbola, yang kariernya juga tak mentereng. Semasa muda sang ayah merupakan penjaga gawang. Walau bukan pemain andal, darah bola keduanya orangtuanya ini menjadi embrio besar.

Dari darah sang ayah pula Jorginho memiliki garis keturunan Italia. Kakek Jorginho bernama Giacomo Frello. Ia berasal dari Lusiana, Veneto, Italia.

Sayang hubungan asmara ibu dan ayahnya tak akur, yang berujung perceraian. Saat itu usia Jorginho masih enam tahun. Khawatir tak bisa menafkahi anaknya yang masih belia, pada 1997 Maria memutuskan pergi ke rumah orangtuanya di Italia.

Di Negeri Pizza itu Maria bekerja serabutan, utamanya sebagai pembersih rumah. Penghasilan dari kerja keras itu ia tabung sedikit demi sedikit, lantas dibelikan peralatan sepakbola untuk sang buah hati.

Karena tak sanggup memasukkan anaknya di akademi sepakbola, Maria memutuskan melatih Jorginho secara mandiri. Setiap hari Maria mengajak Jorginho berlatih sepakbola di lapangan terbuka, sesekali di pantai.

Kerja keras Maria dan Jorginho akhirnya menemukan keberuntungan saat ada proyek sepakbola dari sejumlah pengusaha Italia Utara. Pengusaha itu mendirikan sekolah sepakbola yang jaraknya lebih dari 180 kilometer dari rumahnya.

Maria tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mendaftarkan agar kualitas sepakbola anaknya meningkat. Benar saja, Jorginho lolos seleksi. Ia masuk daftar 50 pemain yang akan dididik dan dibina sekolah sepakbola tersebut.

Sang ibu makin semringah karena pada usia 13 tahun tersebut Jorginho telah mendapat gaji 18 euro atau sekitar Rp305 ribu sepekan. Uang tersebut tak pernah digunakan jajan oleh Jorginho, melainkan ditabung untuk pulang dan menikmatinya bersama Maria.

Pada 2007 atau saat masih 15 tahun, Jorginho ditaksir pemandu bakat Hellas Verona. Tak sampai tiga tahun di tim muda dua klub merger tersebut Jorginho langsung dipromosikan ke tim utama, yakni pada 2010.

Namun pemain yang sempat dijuluki Haginho karena mengidolai legenda sepakbola asal Rumania, Gheorghe Hagi, ini dipinjamkan selama semusim ke klub Serie C2, AC Sambonifacese. Ia tampil sebanyak 31 kali, menciptakan satu gol dan 10 assist.

Jorginho lantas ditarik kembali ke Hellas Verona dan melakukan debut pada 2 September 2011. Semusim berikutnya Jorginho membawa klub berjulukan Gli Scaligeri tersebut promosi ke Serie A dengan status runner-up Serie B.

Semusim di kasta tertinggi, Rafael Benitez yang saat itu menangani Napoli terpikat dengan bakat Jorginho. Benitez lantas meminta sang pemain didatangkan. Setelah negosiasi muncul kesepakatan kepemilikan bersama selama empat setengah tahun.

Namun penampilan Jorginho melempem pada musim perdanya. Bakatnya menanjak kembali saat Napoli ditangani Maurizio Sarri. Selama tiga musim, 2015/2016 hingga 2017/2018, Jorginho tak tergantikan dalam skema permainan Sarriball.

Saat Sarri hengkang ke Chelsea, Jorginho turut dibawa. Pada musim perdananya di Liga Inggris, pemain yang mendapat gelar Cavaliere Ordine al Merito della Repubblica Italiana ini tampil 54 kali semusim dan mengoleksi 2 gol.

Begitu Sarri pergi ke Juventus, Jorginho bertahan. Namun pilihan ini membuatnya menapaki karier cemerlang. Setelah meraih gelar Liga Eropa 2018/2019, ia meraih trofi Piala FA 2019/2020. Musim berikutnya gelar Liga Champions Eropa diraih.

Selesai di klub, Jorginho membela Timnas Italia di Piala Eropa 2020 (2021) dan meraih gelar juara. Ini jadi catatan istimewa, sebab dari 10 pemain yang dicalonkan meraih gelar Ballon d'Or 2021 hanya ia yang juara Eropa bersama klub dan timnas.

Sumber: Reuters/News/CNN/Football Italia
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook