PALEMBANG (RIAUPOS.CO) - Keikutsertaan Malaysia di nomor beregu putra cabang sepaktakraw Asian Games 2018 diprotes oleh Pengurus Besar Persatuan Sepaktakraw Indonesia (PB PSTI). Sebabnya, dari awal Malaysia menyatakan tidak ikut di nomor ini dan sudah dilakukan drawing dan jadwal pertandingan juga sudah dibuat.
Ketua Umum PB PSTI Asnawi Abdulrachman menjelaskan, awalnya Malaysia menyatakan diri tak ikut di nomor beregu putra dan memilih tim dobel iven. Namun, karena melihat Thailand juga tak ikut di nomor beregu putra, mereka kemudian memindahkan keikutsertaan di tim dobel iven dan beralih ke beregu.
Hingga acara drawing yang dilakukan Juli 2018 lalu, Malaysia tetap ikut tim dobel iven. Namun tiba-tiba, dalam jadwal yang diterbitkan oleh Federasi Olimpiade Asia (OCA) hanya dua hari sebelum pertandingan sepaktakraw dimulai, nama Malaysia ada di nomor beregu dan tak ada di tim dobel iven. Federasi Sepaktakraw Asia (ASTAF) menyetujui hal itu karena, katanya, sudah dapat izin dari OCA.
"Ini ada yang tak beres antara ASTAF dan OCA. Kami menyatakan protes keras," ujar Asnawi Abdulrachman kepada wartawan.
Kronologisnya, seperti dijelaskan Asnawi, drawing semua nomor sepaktaraw dan beberapa cabpr lainnya dilakukan pada 5 Juli 2018 di Jakarta. Saat ini, Malaysia ikut di dua nomor putra, yakni tim regu dan tim dobel. Namun kemudian, Presiden Federasi Sepaktakraw Malaysia, Ahmad Ismail, memaksakan mereka akan ikut nomor beregu.
Wakil Presiden OCA, We Zi Zong, tetap menyatakan bahwa drawing sudah tak bisa diubah dan Malaysia tak ikut di nomor beregu. PSTI pun sudah meminta ASTAF, OCA, KOI, dan INASGOC tidak menyetujui permintaan Malaysia tersebut melalui surat tertanggal 10 Agustus 2018.
Pada 12 Agustus 2018, Presiden ASTAF menyurati Presiden INASGOC Erick Thohir dan KOI yang isinya menyatakan bahwa hasil keputusan drawing tanggal 5 Juli sudah final, tidak bisa diubah dan akan dilaksanakan sesuai hasil drawing.
Namun kenyataannya, ASTAF telah menyetujui Malaysia masuk dalam nomor beregu putra dengan alasan mendapat persetujuan dari OCA. Yang disayangkan adalah surat persetujuan dari OCA tidak pernah diterima oleh semua federasi sepaktakraw.
Melihat hal itu, PSTI menyatakan protes keras terhadap ASTAF dan OCA yang secara sepihak memutuskan masuknya tim Malaysia dalam nomor regu putra, karena tidak ada pemberitahuan dari jauh hari. Padahal jadwal pertandingan sudah dibuat.
Yang aneh, banyak media Malaysia memberitakan bahwa Ketua Umum PSTI pernah datang ke Malaysia untuk membantu proses masuknya Malaysia di nomor beregu tersebut.
"Media Malaysia mengarang seolah saya yang membantu mereka dan saya pernah datang ke Kuala Lumpur. Sama seperti federasi negara lain, PSTI juga tak bisa ikut campur. Ini fitnah," ujar Asnawi marah.
Sayangnya, ASTAF dan OCA tak mempedulikan protes Indonesia ini dan nomor beregu tetap menyertakan Malaysia yang sudah mulai dimainkan pada Sabtu (25/8/2018).
"Sebagai tuan rumah, kami sangat kecewa dengan keputusan ini," ujar Asnawi lagi.
Cabang sepaktakraw memperebutkan 6 emas dari 4 nomor putra dan 2 nomor putri. Hanya saja, ada aturan bahwa hanya tuan rumah yang boleh ikut di semua nomor, negara peserta lainnya hanya boleh ikut di 2 nomor putra dan ikut di semua nomor putri (tim regu dan quadrant).
Thailand merupakan tim terkuat di cabang ini. Hingga Sabtu (25/8) negeri Gajah Putih ini sudah menyapu tiga nomor (3 emas) yang sudah menyelesaikan pertandingan. Yakni tim regu putra-putri dan regu putra. Mereka hanya tinggal ikut di satu nomor lagi, yakni quadrant putri.
Di dua nomor yang tak diikuti Thailand, beregu dan quadrant putra, Indonesia membidik emas. Dengan ikutnya Malaysia di nomor beregu, akan menjadi batu sandungan terkuat bagi Nofrizal dkk. Sebab, di semifinal nomor tim beregu, Indonesia kalah dari Malaysia di semifinal. Sebagai informasi, dalam nomor tim regu mempertandingan tiga regu, sedang dalam nomor beregu hanya memainkan satu regu.