MADRID (RIAUPOS.CO) -- Tendangan penalti ala Panenka memang membuat kiper mana pun sebal dan kesal. Sebab, tendangan penalti jenis ini sebenarnya pelan dan tepat di tengah gawang. Sederhananya, kalau kiper berdiri saja, tak bergerak, ketika penalti itu diambil, dipastikan gawangnya akan aman. Tapi, siapa yang tahu sang pengambil penalti memang akan menendang dengan cara itu?
Hingga hari ini, pemain yang sering mengambil tendangan penalti ala Panenka adalah Sergio Ramos. Kehebatan Ramos dimulai dari kepergian Cristiano Ronaldo. Semesta selalu mengisi kekosongan, dan Ramos adalah salah satu dorongan alam. Ketika Ronaldo pergi, berarti Ramos maju jadi penendang penalti utama Madrid.
Ketika masih ada Ronaldo, Ramos adalah penendang penalti nomor dua. Setelah Ronaldo tak ada, dia otomatis naik pangkat.
Musim ini, untuk klub dan negaranya, Ramos sudah menendang 10 penalti dan semuanya sukses berbuah gol. Beberapa tembakan ke sisi kiri kiper, beberapa ke sisi kanan, tetapi paling banyak adalah penalti Panenka ke tengah gawang.
Kita sebagai penikmat sepak bola layar kaca mungkin meremehkan kiper. Kan cuma tendangan pelan yang melambung ke tengah gawang? Gitu aja kok sulit!
Namun, percayalah, saat penalti itu terjadi dalam pertandingan, ada banyak faktor yang membuat segalanya jadi lebih sulit.
Kiper Norwegia yang baru-baru ini jadi saksi penalti Panenka ala Ramos, Runer Jarstein menjelaskan betapa sulitnya menghadapi Ramos.
Banyak kiper yang sudah paham bahwa Ramos doyan menendang Panenka, mereka sudah tahu itu. Namun, ketika Ramos mulai berlari menuju bola, keraguan merayapi benak mereka, dan salam sepersekian detik mereka mengubah keputusan awal untuk tetap berdiam di tengah.
"Ya, saya banyak berpikir sepanjang laga soal apa yang akan terjadi jika Spanyol mendapatkan penalti. Sepanjang siang saya berpikir soal apa yang harus saya perbuat. Saya sudah banyak melihat cara Ramos menendang penalti... saya bahkan mendengarkan saran teman-teman," ujar Jarstein kepada ESPN yang dikutip Goal.
"Jadi, saya memutuskan bahwa saya tetap akan berdiri diam di tengah, bahwa saya akan siap jika dia mencoba men-chip saya. Lalu, tepat sebelum dia menendang bola, karena suatu alasan tertentu saya berubah pikiran, dan saya meluncur ke kanan. Itu keputusan yang buruk," lanjutnya.
Hal yang sama juga pernah dialami kiper lain. Ketika Anda melihat bagaimana Real Madrid mengalahkan Celta Vigo 4-2 pada November lalu, Anda akan tahu bahwa kiper dan kapten Celta paham betul bagaimana perasaan Jarstein.
Kiper Celta, Sergo Alvarez, berusaha tetap berdiri di tengah saat menghadapi penalti Ramos. Namun, lagi-lagi kiper lawan selalu berusaha bergerak ke samping. Pergerakan Alvarez tampak kaku, dia setengah berdiri, setengah condong ke kiri.
Terlepas dari sihir Ramos, bagaimanapun adalah insting otomatis seorang kiper untuk meluncur ke kedua sisi gawang. Mereka akan meluncur ke sisi kanan atau kiri. Kiper selalu memikirkan ruang kosong yang menganga di sisi kanan dan kiri mereka, jadi diam di tengah adalah gagasan yang ganjil bagi kiper mana pun.
Apakah setelah ini banyak kiper yang akan memilih berdiri tak bergerak dari posisinya saat Ramos menendang penalti?
Sumber: Daily Mail/Bola/Berbagai Sumber
Editor/Penulis: Hary B Koriun