Paris(RIAUPOS.CO)Team Sky berpesta di Tour de France 2017. Merebut yellow jersey, juara team classification, plus meraup hadiah uang terbesar. Bahkan, gelar juru kunci yang banyak disorot pun milik mereka!
Prestasi Team Sky lumayan lengkap di Tour de France (TdF) 2017. Yang paling utama juara general classification dan yellow jersey bersama Christopher Froome. Ini adalah prestasi kelima mereka sejak 2012, keempat bersama pembalap 32 tahun tersebut (satu lagi bersama Bradley Wiggins).
Tahun ini, untuk kali pertama, Team Sky juga meraih juara team classification. Artinya, barisan pembalap mereka secara kumulatif mencatat waktu terbaik. Saat berlomba, itu ditandai dengan seluruh anggota tim mengenakan helm dan nomor jersey berwarna kuning.
Tim ini juga sempat mencuri kemenangan di etape pembuka, berupa kemenangan individual team trial (ITT) lewat Geraint Thomas. Jadi, walau Froome gagal merebut kemenangan etape, tim ini masih meraihnya lewat pembalap lain.
Berkat berbagai kemenangan itu, plus bonus-bonus lain sepanjang 21 etape lomba, Team Sky pun meraup duit terbanyak dari ASO sebagai penyelenggara.
Total, Team Sky meraih uang hadiah 716.590 Euro. Sebanyak 500 ribu Euro sebagai hadiah kemenangan yellow jersey. Jumlah hadiah ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, saat tim Inggris itu juga memenangi ajang paling bergengsi ini.
Yang tidak banyak orang tahu, tahun ini Team Sky sebenarnya juga merebut satu lagi gelar bergengsi. Yaitu gelar “lanterne rouge” alias lampion merah, karena menempatkan salah satu pembalapnya di urutan finish paling buncit alias juru kunci.
Pembalap itu adalah Luke Rowe, yang berada di urutan 167 klasemen saat lomba berakhir di jalanan Champs-Elysees, Paris, Ahad lalu (23/7, Senin dini hari WIB).
Bergengsi? Iya. Walau gelar ini sebenarnya gelar tidak resmi.
Sejak awal 1900-an, media dan penggemar selalu memberi perhatian dan penghormatan khusus bagi pembalap yang berakhir finish di urutan juru kunci.
Pembalap itu mendapatkan penghormatan, karena bukanlah hal mudah untuk menyelesaikan lomba sepanjang dan seberat Tour de France.
Istilah “lanterne rouge” sendiri diambil dari lampion merah yang biasa terpasang di gerbong terakhir kereta. Untuk menandai bahwa itulah gerbong paling belakang.
Setiap tahun, rata-rata 20 persen pembalap gagal finish. Entah karena sakit, kecelakaan, atau alasan lain. Nah, dia yang finish terakhir itu biasanya melakukannya setelah melakukan perjuangan khusus.