JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Praveen Jordan/Melati Daeva sedang diliputi kepercayaan diri tinggi setelah sukses merengkuh gelar juara All England.
Apalagi, mereka berhasil mengalahkan lawan-lawan top dunia dalam perjalanan menuju puncak. Kini target menyabet emas Olimpiade tidak lagi terlalu muluk untuk diraih.
Namun, perjuangan mereka bakal dihadapkan pada sejarah penting. Sejak 1996, belum ada ganda campuran yang berhasil menjuarai All England juga sukses meraih emas Olimpiade pada tahun yang sama.
Praveen bahkan pernah merasakannya pada 2016. Yakni, saat masih berpasangan dengan Debby Susanto. Setelah berhasil menjuarai All England, keduanya langsung takluk di babak perempat final Olimpiade oleh pasangan Indonesia lainnya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, beberapa bulan berikutnya.
Menghadapi hal itu, pelatih ganda campuran Nova Widianto meminta kedua pemain, khususnya Praveen, lebih waspada. Nova menyatakan tak pernah ragu akan kualitas Praveen.
Hanya, Praveen terkadang lengah. Terutama urusan fokus. Apalagi, Praveen selalu menjadi kunci permainan. Jika dia bermain baik, hampir pasti pertandingan bisa dimenangi. Sebaliknya, jika kurang fokus, bakal banyak error yang dia lakukan sehingga poin lawan bertambah.
Karena itu, Nova berharap pola pikir Praveen bisa terjaga seperti saat ini. "Akan sangat bagus ke depan. Kita nggak ngomongin juara ya, karena juara juga kadang butuh faktor luck," tuturnya.
Nova menambahkan, persiapan bakal menjadi salah satu poin krusial dalam menghadapi Olimpiade. Sebab, program panjang dan simultan itu pula yang mengantar mereka meraih gelar All England 2020.
"Praveen-Melati sudah melakukan persiapan yang panjang," ucapnya.
Setelah ini, tim pelatih mengevaluasi kelemahan dan kelebihan ganda campuran nomor satu Indonesia yang juga nomor empat di dunia itu. Tujuannya, kembali mendapat hasil terbaik pada ajang-ajang berikutnya sebelum Olimpiade.
Mantan pasangan Liliyana Natsir di ganda campuran itu menyebutkan, Praveen memiliki masalah nonteknis. Sementara itu, Meli –sapaan akrab Melati Daeva– agak bermasalah di pertahanan.
Hanya, kelemahan tersebut tidak terlalu kelihatan jika lawan tidak jeli memantaunya.
Kendati demikian, secara teknis, Nova mengaku tidak begitu khawatir dengan jagoannya tersebut. Dia lebih memikirkan menjaga mental bertanding keduanya agar tetap on fire.
Selain itu, mengusir ketegangan pada partai penting patut dilakukan. Nova menyebut rangkaian gelar yang diperoleh PraMel secara tidak langsung memengaruhi penampilan keduanya. Sebelum All England, PraMel juga menjadi juara di Denmark Open, Prancis Open, dan SEA Games 2019.
Antara All England dan Olimpiade
Setelah menjuarai All England, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktaviani diharapkan bisa meraih emas Olimpiade 2020. Mengulang kesuksesan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada Olimpiade 2016. Namun, lebih dari dua dekade, juara All England ganda campuran tak pernah menjadi juara Olimpiade. Semoga fakta tersebut tidak berlaku tahun ini.
Tahun | Juara All England | Juara Olimpiade
1996 | Park Joo-bong/Ra Kyung-min | Kim Dong-moon/Gil Young-ah
2000 | Kim Dong-moon/Ra Kyung-min | Zhang Jun/Gao Ling
2004 | Kim Dong-moon/Ra Kyung-min | Zhang Jun/Gao Ling
2008 | Zheng Bo/Gao Ling | Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung
2012 | Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir | Zhang Nan/Zhao Yunlei
2016 | Praveen Jordan/Debby Susanto | Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
2020 | Praveen Jordan/Melati Daeva | ???
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal