Terbaik di Era BWF Tour

Olahraga | Senin, 20 Januari 2020 - 10:18 WIB

Terbaik di Era BWF Tour
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo melakukan selebrasi usai mengalahkan seniornya Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan pada final ganda putra.(HARITSAH ALMUDATSIR/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Sejak rangkaian turnamen bulutangkis dunia berubah menjadi BWF World Tour pada 2018, Indonesia sulit meraih lebih dari satu gelar juara. Hasil terbaik adalah gelar dobel. Misalnya, di Indonesia Open 2018 atau Denmark Open dan French Open tahun lalu. Nah, kemarin skuat pelatnas Cipayung untuk kali pertama memborong tiga gelar sekaligus! Anthony Sinisuka Ginting, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu membuktikan bahwa Istora begitu angker.

Anthony Sinisuka Ginting berhasil menjaga ekspektasi publik. Gelar juara dipersembahankannya bagi seluruh fans yang memadati Istora Senayan malam tadi. Teriak gembira tidak berhenti menggema di seantero stadium. Anthony merebut kemenangan perdana 2020 dengan menjadi juara Indonesia Masters.


Tidak seperti yang diperkirakan sang juara bertahan, Anders Antonsen tidak stabil pada babak final ini. Konsistensi tunggal putra asal Denmark itu menurun drastis pada set kedua. Padahal biasanya dia selalu bisa memancing decak kagum penonton atas penampilannya yang impresif. Alhasil setelah mendominasi set pertama, dia menyerah pada dua game berikutnya.

"Saya kira pergerakan saya mulai tidak stabil, sementara permainan Anthony semakin bagus. Jadi saya tidak mampu menjaga penampilan terbaik saya," ucap Antonsen.

Memang konfidensi Anthony sedang bagus-bagusnya. Tampil di hadapan publik sendiri semakin memuluskan penampilannya. Selain itu, dia punya modal bagus lainnya. Tahun lalu Anthony sudah pernah dua kali mengalahkan Antonsen. Makanya dia semakin agresif dalam babak final kemarin.

"Jujur senang. Tahun lalu lima kali final tapi tak ada tembus satu pun. Kemenangan sangat berarti bikin saya semangat untuk mengejar ke depannya. Ada Olimpiade 2020," ujar Anthony.

Anthony memang terlihat sangat emosional. Selama beberapa detik dia sempat mematung begitu berhasil mencetak satu poin terakhir. Anthony sempat berteriak, lalu bersalaman dengan Antonsen. Dia kemudian berlari memeluk Hendry Saputra yang menepukinya dari bangku pelatih.

Lebih spesial kehadiran sang ibu, Lucia Sriati setia mendampinginya. Usai pengalungan medali, Anthony menyempatkan diri berfoto bersama ibunya di podium juara. "Mama sudah datang dari Kamis, sudah ikut nonton. Dukung di sini sama adik. Ya senang sih bisa juara. Bisa kasih hadiah buat mama yang sudah jauh-jauh ke sini," ungkap Anthony.

Sementara itu All Indonesian final selalu berakhir sama. Gelar juara diduduki Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, sementara pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi runner-up. Tradisi itu sudah terjadi dalam enam final yang mempertemukan mereka sebelumnya. Tidak ada yang berubah.

Hasil ini menambah panjang daftar kekalahan Ahsan/Hendra terhadap Marcus/Kevin. Duo bapak-bapak itu mengubah kedudukan kalah menjadi 11-2. Miris. Dengan segala gelar yang mereka raih, ganda putra nomor dua dunia tersebut selalu mentok dengan Minions.

"Hari ini (kemarin, red) mereka memang bermain bagus. Dari set pertama kami sudah sempat leading cuma mereka bisa mengantisipasi balik, jadi mereka bisa menang. Kami berusaha ubah pola mainnya tapi beberapa poin masih terburu-buru," ucap Hendra.

Ahsan/Hendra tidak memungkiri jika Marcus/Kevin lebih unggul. Bukan berarti tidak ada perlawanan dari mereka. Hanya saja segala strategi yang mereka susun selalu dimentahkan lawan.

"Kami coba semua strategi, bukannya kalah diam saja. Kami lihat juga dari lawan-lawan yang pernah ngalahin Marcus/Kevin seperti apa. Tapi kan kenyataan di lapangan berbeda. Kami akan terus coba lagi," jelas Ahsan. "Mungkin mereka lebih komplet dibanding pasangan-pasangan yang lain. Memang mereka masih pasangan yang terbaik. Dari segi speed and power kami sudah ketinggalan," ungkap Hendra.

Kendati demikian, pasangan ini tetap mencari celah untuk mengalahkan Marcus/Kevin. Mereka percaya masih ada kesempatan untuk mengalahkan Minions pada turnamen yang akan datang. Tidak selamanya bakal kalah dari sang junior.

Di sisi lain, Marcus/Kevin mengungkapkan gelar kali ini tidak diraih dengan mudah meski menang straight game 21-15, 21-16. Konsistensi yang jadi kunci kemenangan itu.  "Set kedua mereka bangkit dan mau menyusul tapi kami bisa antisipasi. Mereka ‘kan lebih senior punya banyak pengalaman. Kalau dibiarkan langsung bisa mengejar poin banyak. Tapi kami jaga konsistensi supaya mereka nggak bisa lepas dari tekanan kami," kata Kevin.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook