PIALA DUNIA 2022

Analisis Persaingan Fase Grup D: Tantangan Back-to-Back Juara Bertahan

Olahraga | Kamis, 17 November 2022 - 07:00 WIB

Analisis Persaingan Fase Grup D: Tantangan Back-to-Back Juara Bertahan
Selebrasi Kylian Mbappe setelah mencetak gol Paris Saint-Germain dalam pertandingan Grup H Liga Champions lawan Juventus (7/9/2022). (ALAIN JOCARD/AFP)

PARIS (RIAUPOS.CO) – Belum pernah ada yang meraih juara Piala Dunia secara back-to-back sejak Brasil pada edisi 1958 dan 1962. Hal itu menjadi tantangan bagi juara bertahan Prancis di Piala Dunia 2022.

Les Bleus –sebutan Prancis– memang masih banyak disebut sebagai salah satu unggulan untuk memenangi Piala Dunia 2022 selain Argentina dan Brasil.


Salah satu parameternya, tentu saja, memiliki sekumpulan pemain kelas dunia. Dari kiper sekaligus kapten tim Hugo Lloris hingga striker seperti Karim Benzema dan Kylian Mbappe.

Tapi, untuk Piala Dunia kali ini, muncul anggapan bahwa skuad Les Bleus tidak memiliki keseimbangan yang sama. Khususnya di lini tengah. Dua gelandang yang sukses menjadi pivot di Piala Dunia 2018 Rusia, Paul Pogba dan N’Golo Kante, absen karena sama-sama cedera. Pogba bergelut dengan cedera lutut, sedangkan Kante dibekap cedera hamstring.

Alhasil, entraineur Les Bleus Didier Deschamps menggantungkan harapan di sentral permainan timnya kepada dua gelandang muda Real Madrid: Aurelien Tchouameni (22 tahun) dan Eduardo Camavinga (20 tahun).

Caps mereka pun total baru 18 (Tchouameni 14 caps dan Camavinga 4 caps). Memang masih ada Adrien Rabiot yang berpengalaman dengan 29 caps dan sudah jadi bagian anak asuh Deschamps enam tahun terakhir.

Tetapi, performa gelandang asal Juventus itu tidak selalu dalam kondisi terbaik. Deschamps pun sadar dengan kondisi tersebut.

”Tentu saja memiliki semua pemain terbaik dan berpengalaman dalam skuad akan sangat menyenangkan. Apalagi, mempertahankan juara jauh lebih rumit,” ucap Didi –sapaan Deschamps– kepada The Athletic.

Kalau untuk juara perlu perjuangan, Les Bleus di atas kertas tidak akan sulit keluar sebagai yang terbaik di fase grup. Denmark, Tunisia, dan Australia adalah lawan-lawan yang secara pengalaman dan permainan berada di bawah Les Bleus. Yang mungkin jadi atensi adalah Tim Dinamit –julukan Denmark.

Dalam dua pertemuan terakhir di UEFA Nations League, Prancis selalu kalah oleh Denmark. Tapi, pelatih Denmark Kasper Hjulmand menganggap Les Bleus tidak tampil dengan spirit seperti biasa dalam dua pertemuan tersebut.

”Kita semua tahu, kalau Prancis bermain dengan performa terbaik, mereka akan sulit diredam,” tuturnya seperti dilansir di laman resmi UEFA.

Hjulmand malah khawatir Deschamps sengaja tampil tidak dengan kekuatan sesungguhnya di UEFA Nations League untuk mengukur kekuatan Denmark.

Musim ini banyak personel Tim Dinamit yang menampilkan performa positif di klub masing-masing. Paling kentara di barisan lini tengah.

Ada gelandang Christian Eriksen yang langsung jadi pilar bersama Manchester United. Lalu gelandang bertahan Pierre-Emile Hojbjerg yang makin nyetel dalam taktik pelatih Antonio Conte di Tottenham Hotspur.

Bahkan, duo Brentford FC Mathias Jensen dan Christian Norgaard tampil tak kalah moncer. Hal itu tentu jadi kekuatan untuk mengungguli Prancis yang malah bermasalah dengan lini tengah mereka.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook