''Tadi sempat tidak percaya diri, sehingga banyak pukulan ngambang. Sebenarnya sudah ada strategi main, lalu jadi sedikit ragu dan kebayang lagi yang kemarin," ungkap dia.
Sepanjang pertandingan, pelatih tunggal putra Hendri Saputra sudah berkali-kali menekankan cara mengantisipasi pukulan Lee. Karena Lee jangkung, Jonatan diminta untuk tidak memberikan bola dalam jangkauannya. Yakni bola-bola yang bisa dikembalikan hanya dalam satu langkah.
''Tapi, seperti saya bilang, di saat keraguan timbul, permainan jadi kacau. Itulah mengapa saya kecewa,'' papar pemain yang tahun lalu sukses merebut dua gelar BWF Tour itu.
Jonatan menyadari benar, dirinya mengalami krisis mental. Ini lebih sulit diatasi daripada sekadar problem teknik pukulan.
''Kalau masalah pikiran, ini trauma. Dan timbul lagi. Ini yang harus diatasi, bagaimanapun caranya. Jadi harus banyak bicara dengan pelatih dan juga tim di Indonesia," dia bertekad.
Praveen/Melati Lolos
Untung, masih ada kabar baik dari wakil Indonesia yang bertanding di pagi pertama All England kemarin. Ganda campuran terbaik Merah Putih, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, melaju ke babak kedua. Mereka mengalahkan pasangan Taiwan Wang Chi-lin/Cheng Chi-ya 21-9, 21-18. Di babak kedua, Praveen/Melati kembali berjumpa wakil Taiwan. Yakni Yang Po-hsuan/Hu Ling-fang.
''Kami sudah bertemu dengan pasangan Taiwan ini (Wang/Cheng, red) beberapa kali, dan sudah tahu permainan mereka,'' ungkap Praveen.
''Kami juga sudah siap. Sebelum ini ada beberapa turnamen yang di-cancel, sehingga kami sudah sangat siap untuk pertandingan ini," imbuh dia.
Praveen menambahkan, dia dan Melati ingin hasil yang lebih baik dari tahun lalu. Pada 2019, mereka kalah di semifinal oleh Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. (raf/na)
Sumber: Jawa Pos
Editor: Hary B Koriun