KOELN (RIAUPOS.CO) - ’’Dia (Paul Pogba, gelandang Manchester United) itu bermain seperti anak sekolah,’’ kritik mantan kapten Manchester United (MU) Roy Keane, saat MU dipecundangi Sevilla 1-2 di Old Trafford, Manchester, dalam second leg 16 Besar Liga Champions 2017–2018. Kekalahan yang membuat MU yang saat itu diasuh Jose Mourinho tersingkir dari Liga Champions.
Nah, setelah dua tahun lebih, Pogba berkesempatan untuk menebus permainan buruknya tersebut saat MU kembali meladeni Los Nervionenses, julukan Sevilla. Dalam semifinal Liga Europa di RheinEnergieStadion, Koeln, Pogba harus membuktikan dia bukan anak sekolah lagi (siaran langsung SCTV, pukul 02.00 WIB).
Terlebih setelah kontribusi bertahan Pogback, julukan Pogba, dengan 111 sentuhan bola di saat MU lolos dari jebakan FC Kobenhavn pada perempat final Liga Europa (11/8). ’’Paul (Pogba) pemain hebat, salah satu pemain penting di Eropa. Tapi, di Liga Spanyol banyak pemain yang memenuhi standar seperti dia,’’ sindir gelandang Sevilla, Joan Jordan, dilansir laman AS.
Di sinilah tantangan yang harus dijawab tactician MU Ole Gunnar Solskjaer. Berkaca dari pengalaman di Old Trafford dua musim silam, Solskjaer harus memetik pelajaran dari Mou. The Special One, julukan Mou, kala itu memilih Marouane Fellaini sebagai starter, bukan Pogba. Mou baru memainkan Pogba di babak kedua.
Pogba baru memegang peran pivot ganda bersama Nemanja Matic. Tapi, kurang dari 15 menit, Pogba dan Matic tak bisa menjinakkan gelandang Sevilla, Ever Banega. Tanguito, julukan Banega, tampil dominan dengan 108 kali passing dan tujuh peluang gol. Kedua gol Wissam Ben Yedder kala itu pun berawal dari bola-bola passing-nya.
Kini cuma Banega amunisi lini tengah Sevilla kala itu yang masih tersisa. Steven Nzonzi, Joaquin Correa, dan Pablo Sarabia sudah pergi. Sebaliknya, Pogba dan Matic kembali berdiri di depan Banega yang musim ini jadi musim terakhirnya bermain untuk Sevilla sebelum berkelana ke klub Arab Saudi, Al-Shabab, musim depan.
Lini tengah MU pun kini juga memiliki Bruno Fernandes. Gelandang barunya itu telah jadi kekuatan The Red Devils, julukan MU, melakukan counter attack cepat ke defense lawan. ’’Jangan mengutak-atik lagi (komposisi pemain). Matic harus tetap jadi starter, sehingga Bruno dan Pogba bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya,’’ harap mantan bek MU David May, yang kini jadi pandit di stasiun televisi milik klub, MUTV.
Solskjaer pun sudah memahaminya. Apalagi dia sudah paham bahwa perjudian berisiko dengan sistem satu leg. Catat, MU musim ini selalu apes di babak semifinal. Disingkirkan tim rival sekotanya, Manchester City, dari semifinal Piala Liga, Januari lalu, dengan agregat gol 2-3. Kemudian di Piala FA mereka kembali gigit jari begitu ditumbangkan Chelsea 1-3 (20/7). Dalam sejarahnya, MU belum pernah kalah dalam tiga semifinal sekaligus dalam semusim.
’’Tim ini sudah berkembang dan sudah makin dan makin lapar. Mari kita mengubah apa yang kita alami di dua semifinal sebelumnya sebagai pembeda. Ketika aku mengalami kekalahan atau kehilangan sesuatu, aku tak mau merasakannya lagi. Jadi, aku rasa kami harus siap untuk Minggu malam itu,’’ harap Solskjaer yang sudah menanti trofi pertamanya bersama MU.
Di sisi lain, Sevilla datang sebagai rajanya Liga Europa. Jesus Navas dkk tentu tak ingin rekor apiknya selalu lolos ke final saat sudah di semifinal dipatahkan MU dini hari nanti WIB. Apalagi sekarang skuad besutan Julen Lopetegui tersebut jadi satu-satunya wakil Spanyol yang tersisa di ajang Eropa setelah tersingkirnya FC Barcelona dari perempat final Liga Champions, Sabtu (15/8).
Dalam laman resmi UEFA, Lopetegui menyebut MU yang sekarang beda dengan pada saat ditangani Mourinho. ’’Manchester United kali ini adalah tim terbaik dalam beberapa musim terakhir dan mempunyai pemain-pemain dengan kualitas tinggi untuk mendapatkan hasil yang ekselen,’’ puji mantan entrenador Real Madrid tersebut.(ren/jpg)