SEPAK BOLA DUNIA

UEFA Nations League: Degenerasi Finalis Wembley

Olahraga | Kamis, 16 Juni 2022 - 20:10 WIB

UEFA Nations League: Degenerasi Finalis Wembley
Gestur kapten Inggris Harry Kane (kiri) setelah mengalami kekalahan memalukan dalam League A UEFA Nations League 2022–2023, Rabu (15/6/2022). (PAUL ELLIS/AFP)

LONDON (RIAUPOS.CIO) – Tanggal 12 Juli 2021 bakal dikenang oleh pendukung Italia dan Inggris sebagai hari bersejarah. Dua tim itu tampil dalam final Euro 2020 di Wembley Stadium.

Kali pertama bagi Gli Azzurri –sebutan Italia– sejak edisi 2000 dan kali pertama dalam sejarah The Three Lions –julukan Inggris.


Kala itu, tifosi Gli Azzurri berbahagia lantaran tim asuhan Roberto Mancini merengkuh juara. Sebaliknya, meski kecewa, pendukung The Three Lions meyakini skuad Gareth Southgate merupakan generasi emas yang diharapkan bisa berbicara banyak di Piala Dunia 2022.

Namun, selang 338 hari atau kemarin (15/6/2022), ekspektasi itu malah berubah jadi degenerasi. Gli Azzurri dan The Three Lions sama-sama menelan kekalahan telak pada matchday keempat League A UEFA Nations League 2022–2023.

Italia kalah 2-5 oleh Jerman di Borussia-Park, Monchengladbach. Sedangkan Inggris dipermalukan empat gol tanpa balas oleh Hungaria di Molineux Stadium, Wolverhampton.

Bagi Italia, hasil negatif kemarin menambah panjang derita mereka sepanjang tahun ini. Dari tujuh laga terakhir, Gianluigi Donnarumma dkk hanya meraih dua kemenangan.

Salah satu kekalahan diterima dari Makedonia Utara pada semifinal path C kualifikasi putaran kedua Piala Dunia 2022 zona EUFA (25/3) yang membuat Gli Azzurri absen di Qatar.

’’Pertahanan kami buruk. Bukti bahwa ada yang salah dengan proses tim ini (pascakegagalan ke Piala Dunia 2022, red),’’ kata Mancini yang menelan kekalahan terbesarnya sejak melatih Italia empat tahun lalu itu seperti dilansir Bild.

Pernyataan pelatih yang akrab disapa Mancio tersebut memang benar. Lima gol yang bersarang ke gawang Gigio –sapaan akrab Gianluigi Donnarumma– hadir dari kuartet lini belakang yang minim pengalaman.

Davide Calabria, Gianluca Mancini, Alessandro Bastoni, dan Leonardo Spinazzola. Dari mereka berempat, hanya Spinazzola dengan caps tertinggi (21 caps).

Caps Calabria dan Mancini malah belum menyentuh dobel digit (7 caps dan 9 caps).

Buruknya pertahanan Italia dilengkapi blunder Gigio untuk gol kedua striker Jerman Timo Werner.

”Kami kekurangan segalanya malam ini (kemarin, red). Ada juga beberapa kelelahan setelah empat pertandingan dalam 15 hari di akhir musim, tetapi kami tidak ingin mencari alasan,” beber Gigio kepada Rai Sport.

Bicara alasan, hal itulah yang sulit dicari oleh Inggris dalam kekalahan lawan Hungaria. Berbeda dengan Italia yang memainkan delapan pemain minim pengalaman dalam starting eleven kemarin, Inggris menurunkan tujuh pemain langganan starter sejak menit awal.

Nama baru hanya kiper Aaron Ramsdale, bek tengah Marc Guehi, gelandang Conor Gallagher, dan winger Jarrod Bowen. Menilik ulasan media-media Inggris, handicap The Three Lions terletak pada striker. Tactician Gareth Southgate seperti mustahil menggeser kapten Harry Kane dari starting eleven.

Padahal, ada Tammy Abraham yang moncer bersama AS Roma musim lalu dengan mencetak 26 gol dan 5 umpan gol. Abraham juga membawa Giallorossi memenangi Liga Konferensi Europa. Produktivitas Kane memang lebih baik dengan 27 gol dan 10 umpan gol. Tetapi, dia melakukannya dalam liga di negerinya sendiri, Premier League.

Seiring hanya sisa lima bulan menuju Piala Dunia 2022, kekalahan di Molineux adalah sinyal darurat bahwa inkonsistensi Inggris bisa berlanjut ke Qatar.

”Ketika Anda kalah dalam pertandingan seperti ini, apalagi di kandang dan dengan cara seperti itu, maka pekerjaan rumah harus segera dibereskan,’’ tutur Southgate kepada The Independent.(io/c17/dns)

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook