KISRUH PSSI

Anggota Exco Menentang, Ketum PSSI Ingin Hapuskan Degradasi

Olahraga | Minggu, 14 Juni 2020 - 03:52 WIB

Anggota Exco Menentang, Ketum PSSI Ingin Hapuskan Degradasi
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (dua dari kiri) secara resmi memperkenalkan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong sebagai pelatih tim nasional. (CHANDRA SATWIKA/JAWA POS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Format tanpa degradasi jika kompetisi dilanjutkan didengungkan PSSI. Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengungkapkannya dalam diskusi virtual di kanal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) beberapa hari lalu.

Menurut dia, tanpa adanya degradasi dianggap paling baik untuk kompetisi di saat pandemi corona seperti sekarang. Dia melanjutkan, tidak semua tim akan bisa maksimal dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan kompetisi. Terutama tim-tim yang home base-nya terkena dampak pandemi corona yang besar.


"Kami kasihan jika ada tim yang berasal dari daerah terdampak Covid-19 dan tidak maksimal mainnya. Nanti tim tersebut turun kasta," katanya.

Dengan begitu, PSSI dianggap sudah sewajarnya memperhatikan aspek tersebut. Aspek yang tentu sangat memperhatikan asas keadilan untuk semua peserta, baik Liga 1 maupun Liga 2.

Selain itu, keputusan tanpa degradasi berkaca pada beberapa kompetisi di luar negeri selama pandemi corona. Salah satunya J-League di Jepang. "Iya, keputusan itu diambil sesudah melihat dari kompetisi negara-negara lain seperti Jepang," katanya.

Meski tidak ada degradasi, lanjut Iwan Bule, PSSI tetap memberlakukan promosi. Ini sedikit berbeda dengan negara-negara yang ditirunya tersebut. Promosi juga dianggap salah satu hal yang adil untuk tim-tim setelah susah payah latihan dan maksimal dalam bertanding.

Nah, Iwan Bule sendiri menyadari banyak pihak yang menentang keputusannya. Karena itu, PSSI tidak mau buru-buru memutuskannya.

Wacana tanpa degradasi bagi Liga 1 dan Liga 2 musim ini dikritik anggota Exco PSSI Haruna Soemitro. Dia justru bertanya balik apakah perubahan tersebut sudah dilaporkan ke AFC? Sebab, jika tanpa degradasi dan ada promosi bagi tim Liga 2, jumlah klub di Liga 1 musim depan jadi 20 tim.

AFC sendiri masih mengakui format yang dipakai oleh statuta PSSI sebelum kompetisi musim ini dimulai. Artinya, jika nanti ada perubahan format, harusnya PSSI melapor. Jika tidak, bisa jadi AFC tidak akan mengakui siapa pun juara Liga 1 musim ini.

Selain itu, jika meniru kasta tertinggi di Liga Jepang, harusnya musim depan jumlah tim yang degradasi dobel. Jika benar, harus ada lima tim yang terdegradasi ke Liga 2 musim depan.

"Apakah klub setuju? Yakin akan dilaksanakan? Kalau tidak dilaksanakan apa sanksinya? Itu semua harus jelas," tegasnya. Hal senada berlaku untuk Liga 2 musim depan yang harus ada 10 tim terdegradasi ke Liga 3.

Selain sudah menabrak statuta, Haruna mengingatkan soal fundamental kompetisi sepak bola kepada Iwan Bule. Sistem promosi dan degradasi itu sebuah kesatuan, tidak bisa dimodifikasi seenaknya sendiri.

"Kalau mau ikuti Liga Jepang, harus belajar sampai habis. Ngerti tidak soal musim depan J-League degradasinya dobel?" tanyanya.

Kritik lain juga meluncur dari anggota Exco Hasani Abdulgani. Menurut dia, jika berasas keadilan, apakah iya semua klub setuju dengan apa yang diwacanakan Iwan Bule?

"Statuta PSSI itu hasil kesepakatan semua member. Jika berasas keadilan, harusnya ya melakukan kongres dulu, mengubah statuta yang disepakati semua member PSSI," tuturnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook