LIGA INGGRIS

Klopp: Keberadaan Pemain Muslim Membuat Liverpool Lebih Kuat

Olahraga | Jumat, 13 November 2020 - 02:07 WIB

Klopp: Keberadaan Pemain Muslim Membuat Liverpool Lebih Kuat
Mohamed Salah dan Sadio Mane, dua pemain muslim yang membuat Liverpool menemukan kejayaan kembali dalam dua musim terakhir. (REUTERS/MIRROR)

LIVERPOOL (RIAUPOS.CO)  – Sebagai salah satu klub papan atas di Liga Inggris, Liverpool tentu memiliki pemain dari beragam latar belakang. Keragaman budaya itu membuat manajer Jurgen Klopp bangga, termasuk dua orang pesepakbola yang dikenal sebagai Muslim taat, Mohamed Salah dan Sadio Mane.

Skuad Liverpool pada musim 2020-2021 memang sungguh beragam. Ada kelompok pemain asal Britania Raya seperti Jordan Henderson, James Milner, Trent Alexander-Arnold, dan Andy Robertson. Ada pula geng Brazil yakni Alisson Becker, Fabinho, dan Roberto Firmino. Lalu ada pemain Asia, yakni Takumi Minamino (Jepang)


Lalu ada pula pesepakbola muslim yang datang dari berbagai negara. Sebut saja Mohamed Salah, Naby Keita, Sadio Mane, dan Xherdan Shaqiri. Para pemain itu membuat skuad Liverpool kian berwarna kuat. Beragamnya latar belakang itu membuat  Klopp sangat bangga.

Ambil contoh Mohamed Salah. Performa apiknya di Liverpool, serta citra yang positif, mampu menghapus stigma buruk terhadap muslim di Inggris. Bahkan, ia sedikit demi sedikit mulai meredakan Islamophobia. Tidak heran, sang pelatih sangat bangga kepadanya.

“Saya senang memiliki begitu banyak kebudayaan. Saya bisa katakan (keberadaan, red) duta besar terbaik untuk menjadi seorang muslim di tim itu benar-benar hebat,” papar  Klopp seperti dikutip dari Goal, Kamis (12/11/2020).

Ucapan Klopp terdapat dalam cuplikan film bertajuk The End of The Storm. Kekaguman pria asal Jerman itu kepada pesepakbola muslim di timnya tidak hanya sampai di sana. Bahkan, klub akhirnya mengadaptasi beberapa kebiasaan baru demi mengakomodasi pemain-pemain itu.

“Umat Islam sangat sering mencuci tubuh mereka dalam situasi tertentu. Sebalum melakukan pemanasan, setelah pemanasan, itu membutuhkan waktu. Jadi, kami memutuskan melakukan sesuatu secara berbeda,” ungkap Klopp.

“Kami hanya punya waktu satu jam ketika tiba di stadion. Ketika kami kembali ke ruang ganti setelah melakukan pemanasan, mereka menyempatkan diri untuk salat. Mereka membutuhkan waktu dua menit untuk menjalankan kewajiban itu,” lanjut pria berkacamata itu.

“Sangat mudah untuk memberikan waktu dua menit itu kepada mereka, agar bisa melaksanakan sesuatu yang dianggap penting,” tutupnya.

Kesediaan untuk membuat pemain dari berbagai latar belakang agar merasa nyaman itu akhirnya berdampak positif bagi Liverpool. Mereka mampu mengeluarkan kemampuan terbaik sehingga bisa menyumbang gol dan trofi buat klub.

Sumber: Goal/News/Daily Mail
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook