PHNOM PENH (RIAUPOS.CO) - Indonesia akan menghadapi Vietnam dalam semifinal cabang olahraga sepakbola SEA Games 2023 di Olympic Stadium, Phnom Penh, Sabtu (13/5) sore nanti (Live di RCTI, pukul 16.00 WIB). Indonesia cukup diunggulkan sebagai juara grup dan tak terkalahkan di penyisihan. Namun, provokasi pemain Viaetnam tetap harus diwaspadai sore ini.
Final SEA Games 2019 menjadi pengalaman berharga buat tim asuhan Indra Sjafri. Kalau itu, laga baru berjalan 19 menit Evan Dimas Darmono mengerang kesakitan. Kapten Indonesia itu pun harus ditarik keluar dan bahkan menepi lumayan lama sesudahnya.
Evan ditendang dari belakang bek Vietnam Doan Van Dau. Parahnya lagi, insiden yang layak berbuntut kartu merah karena terjadi saat off the ball itu lolos dari amatan wasit Majed Mohammed Alshamrani dari Arab Saudi dan asisten wasit. Indonesia pun akhirnya takluk 0-3.
Di kawasan Asia Tenggara, baik di SEA Games maupun Piala AFF, Vietnam memang dikenal selalu menerapkan permainan intensitas tinggi dengan bumbu provokasi di sana-sini. ’’Saya pribadi harus bisa mengontrol emosi,’’ ucap kapten Indonesia Rizky Ridho, Jumat (12/5).
Rizky Ridho pun menggemakan optimisme. “Kami dalam kondisi yang sangat baik dan 100 persen siap menghadapi Vietnam. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa merebut tiket ke final,” tegasnya.
Bek Indonesia lainnya, Ilham Rio Fahmi, menambahkan, Vietnam lawan yang kuat. Karena itu, mereka harus diantisipasi secara kolektif. ’’Kami mewaspadai seluruh lini,’’ ujar pesepakbola asal Banjarnegara, Jawa Tengah, itu. Rio mengaku sama sekali tidak gentar. Nyalinya bahkan berlipat ganda. ’’Kami akan bermain seperti biasa. Mengikuti arahan pelatih. In sya Allah kami bisa meraih kemenangan,’’ tegasnya.
Yanto Basna, mantan penggawa Garuda, menambahkan, duel melawan Vietnam akan menjadi ujian sesungguhnya bagi Indonesia di SEA Games kali ini. Dia pernah merasakan sendiri bagaimana sulitnya melawan The Golden Star Warriors. Tepatnya dalam kualifikasi Piala Dunia pada 2019 lalu.
Beberapa tahun terakhir Vietnam memang jadi momok Indonesia. ’’Perkembangan mereka konsisten. Kembali lagi itu karena pembinaan, infrastruktur, dan kompetisi yang baik,’’ paparnya.
Plus, yang paling penting adalah soal mindset atau pola pikir. Menurut mantan pemain Persib Bandung itu, Vietnam sudah tidak lagi berpikir untuk jadi yang terbaik di Asia Tenggara. ’’Mereka sudah berpikir yang terbaik di Asia. Sama dengan Thailand. Karena itu, semua hal untuk menuju ke sana dibenahi,’’ katanya.
Mindset itu berpengaruh pada mental bertanding. ’’Mereka percaya dengan kemampuan karena memang persiapan matang,’’ ujar pemain yang pernah bermain di Liga 1 Thailand bersama PT Prachuap tersebut.
Ketangguhan mental itu yang seharusnya jadi perhatian khusus Indonesia di semifinal hari ini. Karena soal skill, dia menyebut anak asuh Indra Sjafri setara dengan para pemain Vietnam. ’’Apalagi main di Kamboja, tempat netral. Fokus pada target dan bisa mengontrol diri selama pertandingan,’’ paparnya.
Kontrol diri ini yang juga jadi kunci untuk mengalahkan Vietnam. Yanto merasakan sendiri pada 2019 lalu, bagaimana para pemain Vietnam selalu berusaha memancing emosi. ’’Jangan terpengaruh. Permainan kasar serahkan saja kepada wasit,’’ ujarnya.
Melihat performa kedua negara di penyisihan grup, tidak ada alasan Indonesia untuk gentar. Status sebagai juara Grup A adalah modal Indonesia. Bukan hanya menjadi satu-satunya negara yang menyapu bersih kemenangan, Indonesia juga menunjukkan daya ledak luar biasa serta benteng pertahanan kokoh.
Sepanjang babak penyisihan grup, Indonesia mencetak total 13 gol dan menjadi tim tersubur bersama Malaysia. Sementara dengan hanya kebobolan satu kali, anak asuh Indra Sjafri menjadi negara dengan pertahanan terbaik. Itu pun satu-satunya gol yang bersarang ke gawang Indonesia lahir saat Indra Sjafri mengistirahatkan bek utamanya.
Indonesia juga punya lebih banyak opsi pencetak gol. Bukan hanya mengandalkan Ramadhan Sananta dan Irfan Jauhari, namun juga ada nama-nama seperti Fajar Fathur Rahman yang kini menjadi top skor dengan empat gol atau Marselino Ferdinan dan Titan Agung yang sama-sama sudah mengoleksi tiga gol.
Sebaliknya, Vietnam finish sebagai runner up Grup B. Dalam perjalanan mereka ke semifinal, sang juara bertahan hanya mencetak delapan gol dan kebobolan tiga kali. Untuk urusan mencetak gol, mereka juga sangat bergantung pada satu pemain, yakni Nguyen Van Tung. Penyerang Hanoi Football Club itu mencetak separuh dari gol negaranya di fase grup.
The Golden Stars, mungkin hanya akan membusungkan dada karena keunggulan head to head. Seperti diketahui, dari 14 duel di ajang SEA Games, Vietnam menang tujuh kali sementara Indonesia hanya unggul lima kali.
Dalam lima pertemuan terakhir, mereka juga tidak terkalahkan. Termasuk memenangi tiga duel terakhir. Pada SEA Games 2019, mereka menang 1-0 di penyisihan grup lalu unggul 3-0 di final. Sementara pada SEA Games 2021, Vietnam yang bertindak selaku tuan rumah menang 3-0 di penyisihan grup.
Tapi jika bicara sejarah pertemuan di kelompok usia, khususnya di Kamboja, Indonesia juga punya catatan bagus yang bisa menjadi spirit anak anak asuh Indra Sjafri. Pada 2019 silam, Indonesia juara Piala AFF di Kamboja. Saat itu, di laga semifinal, Indonesia mengalahkan Vietnam dengan skor 1-0 lewat tendangan bebas Luthfi Kamal di menit ke-70 sebelum menekuk Thailand di partai puncak dengan skor 2-1.
Dan sebuah kebetulan, Indonesia menjadi raja Asia Tenggara untuk kelompok usia U-22 di Stadion Nasional Olimpiade, venue semifinal sore nanti. Kebetulan lainnya adalah, pelatih Indonesia saat itu adalah Indra Sjafri.
Indra Sjafri sendiri menyatakan siap menghadapi Vietnam dan mengalahkannya. Menurutnya, seperti kontestan lainnya, anak asuhnya punya peluang untuk melenggang ke partai puncak menghadapi pemenang antara Thailand dengan Myanmar.
“Saya pikir keempat tim ini memiliki peluang yang sama untuk melaju ke babak final. Kami sudah siap menghadapi Vietnam. Kondisi pemain tidak ada masalah dan semua siap bermain. Kami akan persiapkan tim dengan baik dan Insya Allah hasil terbaik untuk Indonesia di akhir pertandingan,” kata Indra Sjafri di situs resmi PSSI.
Pelatih Vietnam, Philippe Troussier sendiri menunjukkan respek sama pada Indonesia. Dalam sesi jumpa pers jelang laga ini, ia menegaskan keempat negara yang lolos ke semifinal adalah tim kuat.
“Setelah mencapai babak ini, tidak ada tim yang lemah. Lawan yang akan datang, Indonesia U-22 sangat kuat dan setiap pemain di tim harus berusaha yang terbaik. Sisa turnamen akan sulit tetapi patut ditonton. Karena ini adalah olahraga, pada akhirnya hanya akan ada satu juara,” kata Troussier dikutip dari The Thao 247.
Troussier menegaskan, untuk bisa mengalahkan Indonesia, timnya harus bermain dengan sangat percaya diri. Masalahnya, seperti negara lain, peangalaman diakui Troussier bisa menjadi kendala mereka.
“Mereka masih sangat muda, kurang keberanian dan pengalaman bermain di pertandingan-pertandingan penting. Saya berharap kepercayaan diri yang ditunjukkan dalam pertandingan melawan Thailand kemarin terus ditingkatkan,” jelasnya.
Pemain Vietnam juga jelas punya beban lebih berat. Itu karena mereka berstatus juara bertahan di dua edisi terakhir. Hal ini pun diakui sang pelatih yang di laga ini tidak bisa memainkan salah satu strikernya, Nguyen Quoc Viet.
“Tentu saja kami memiliki persiapan terbaik untuk pertandingan besok (hari ini). Target awal Vietnam U22 lolos babak penyisihan grup sudah tercapai. Kita meraih medali emas di dua SEA Games sebelumnya, jadi tugas kali ini adalah melakukan hal yang sama. Itu adalah tujuan akhir dari seluruh tim,” ujarnya.(fiq/rid/c17/ttg/amr/jpg)