JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pertarungan unifikasi gelar juara dunia kelas berat antara Anthony Joshua versus Tyson Fury telah sepakat dipanggungkan pada 2021.
Promotor Joshua, Eddie Hearn mengaku telah bernegosiasi dengan manajemen Fury selama beberapa pekan. Dan dia mengatakan ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi kedua petinju agar bisa saling berhadapan.
"Kami membuat kemajuan besar. Masih banyak yang harus diatasi. Kami sedang mencari tempat dan tanggalnya," kata Hearn kepada surat kabar Inggris The Sun.
Hearn mengatakan pertarungan pertama bisa terjadi pada musim panas 2021.
"Pertarungan terbesar dalam sejarah tinju Inggris baru saja disepakati. Kesepakatan dua pertarungan. Tyson Fury melawan Anthony Joshua tahun depan," kata Fury di akun Instagram.
Sementara untuk nilainya, duel tersebut diprediksi akan menjadi pertarungan dengan pendapatan kelima terbesar di sejarah tinju.
Menurut perkiraan, laga unifikasi ini akan meraup GBP 150 juta atau sekitar Rp2,672 triliun. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari pay-per-view, tiket penonton, dan sponsor.
Meski demikian, para penggemar tinju di Inggris bakal kecewa karena tidak bisa menyaksikan secara langsung pertarungan tersebut. Pasalnya, duel tersebut berpeluang terjadi di Las Vegas atau Arab Saudi.
Soal uang yang bakal dihasilkan, Hearn mengaku cukup optimistis setelah melihat apa yang terjadi saat Anthony Joshua melawan Andy Ruiz Jr.
Dalam rematch Joshua vs Andy Ruiz pada Desember tahun lalu di Arab Saudi, pihaknya mendulang GBP 30 juta atau sekitar Rp534,972 miliar.
Sementara itu, di sisi lain, pertarungan Joshua vs Fury jelas memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi. Namun, jumlah GBP 150 juta belum bisa mengalahkan empat laga termahal yang hanya melibatkan Floyd Mayweather Jr.
Laga terakhir Fury yakni melawan Deontay Wilder, diyakini mendulang penghasilan mencapai GBP 50 juta atau sekitar Rp892,658 miliar.
Jumlah tersebut didapatkan hanya dari pay-per-view di Amerika Serikat. Dalam sejarah tinju, laga termahal yang pernah terjadi adalah ketika Floyd Mayweather menghadapi Manny Pacquiao pada 2015. Duel di Las Vegas tersebut menghasilkan GBP 678 juta (sekitar Rp12,089 triliun).
Kemudian, Mayweather kembali terlibat dalam pertarungan termahal yang nyaris menyamai angka saat melawan Pacquiao. Itu terjadi saat dia melawan bintang MMA, Conor McGregor. Saat itu, nilai pertarungan mencapai GBP 662,5 juta (sekitar Rp11,836 triliun).
Dalam duel pada 2017 tersebut, Mayweather yang merupakan peraih gelar juara dunia pada lima divisi berbeda, meraih kemenangan TKO pada ronde ke-10. Kemudian, dua pertarungan lain yang juga belum bisa dikalahkan dalam hal bayaran, adalah saat Mayweather melawan Oscar De La Hoya dan Saul 'Canelo Alvarez'.
Laga melawan Canelo pada 2013 bernilai GBP 214 juta (sekitar Rp3,815 triliun) dan saat melawan De La Hoya pada 2007, bernilai GBP 187 juta (sekitar Rp3,334 triliun).
Namun, yang jelas, pertarungan Joshua vs Fury akan mengalahkan dua laga petinju legendaris asal Amerika Serikat, Mike Tyson.
Duel rematch Mike Tyson vs Evander Holyfied pada 1997 menghasilkan GBP 145,7 juta (sekitar Rp2,600 triliun) dan Mike Tyson vs Lennox Lewis pada 2002 mendulang GBP 132,6 juta (sekitar Rp2,366 triliun).
Kalau prediksi itu terealisasi, duel Joshua vs Fury akan menjadi pertarungan tinju kelas berat dengan pendapatan terbesar dalam sejarah.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi