MANCHESTER (RIAUPOS.CO) – Unai Emery sejatinya lebih sering kalah (4 kali) ketimbang menang (3 kali) ketika menghadapi Manchester United (MU). Yang jadi masalah, kemenangan Emery atas United tercipta dalam laga penting. Seperti final Liga Europa 2021 ketika The Red Devils –sebutan United– harus takluk lewat drama adu penalti 11-12.
Yang terbaru terjadi di Villa Park akhir pekan lalu (6/11). Emery menjalani debut sebagai pelatih Aston Villa dengan mempermalukan MU dengan skor 3-1 dalam matchweek ke-15 Premier League.
Sebaliknya, ketika The Red Devils mampu dua kali mengalahkan Emery bersama Villarreal CF musim lalu, status laga ”hanya” fase grup Liga Champions. Dini hari nanti (11/11) WIB, Emery bisa menjadi nemesis (istilah dalam dunia olahraga yang diartikan sebagai kesialan) bagi MU dalam putaran ketiga Piala Liga atau EFL Cup (siaran langsung Mola TV pukul 03.00 WIB).
Sebab, pelatih MU Erik ten Hag dimungkinkan merotasi beberapa pemain reguler karena pertimbangan kebugaran.
Sebut saja bek kanan Diogo Dalot dan bek tengah Lisandro Martinez. Dua pemain yang musim ini paling konsisten dan tak tergantikan di pertahanan United tersebut memiliki kans besar diistirahatkan. Tapi, Ten Hag menyatakan bahwa kekalahan di Villa Park lebih pada faktor lengah di menit-menit awal. MU sudah tertinggal dua gol saat laga baru berjalan 11 menit.
”Jangan sampai lengah pada awal babak pertama dan awal babak yang kedua (gol ketiga Villa di Villa Park tercipta empat menit setelah turun minum, red).”
”Jika kalian mengawali laga dengan cara seperti sebelumnya, maka habislah kalian,’’ kata Ten Hag seolah mengingatkan anak asuhnya dilansir dari MUTV.
Skema 4-2-2-2 yang diusung Emery di Villa juga memberi handicap bagi United. Sebab, Villa menjelma sebagai tim yang sulit ditembus pertahanannya oleh para pemain The Red Devils.
Dalam analisisnya, Manchester Evening News menyebut bahwa keputusan Ten Hag memainkan gelandang Donny van de Beek di posisi nomor 10 adalah kekeliruan. Selain tidak memiliki kreativitas lewat operan di antara pemain musuh, Van de Beek lamban dalam mengantisipasi serangan lawan.
Sebaliknya, serangan balik dengan garis pertahanan rendah yang bertumpu pada bola-bola pendek menjadi kekuatan taktik Emery.
Striker Villa Ollie Watkins menilai, taktik Emery berbeda dengan gaya permainan mereka sebelumnya atau ketika ditangani Steven Gerrard.
’’Kami digembleng untuk mencetak gol,’’ ucap Watkins seperti dikutip laman The Athletic.
Sebelumnya, para pemain depan Villa diminta Gerrard banyak berduel dengan pemain belakang klub lawan. Hal itulah yang sekarang dihapus oleh Emery.
’’Sekarang, kami diminta lebih tenang saat kami menguasai bola dan ketika bola sudah sampai ke saya, maka tugas kami akan lebih mudah karena kami punya lebih banyak waktu menuntaskan peluang,’’ beber Watkins.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman