PANDEMI virus corona (Covid-19) membuat semua kegiatan manusia kini dalam pembatasan, tak terkecuali kegiatan olahraga. Hampir semua pertandingan olahraga dihentikan, termasuk sepakbola. Di Indonesia, Liga 1 dan Liga 2 juga vakum menunggu kepastian dari otoritas kapan akan dilanjutkan lagi.
Kondisi ini membuat para pemain berada dalam ketidakpastian. Mereka dituntut melakukan latihan pribadi, tentu ini hanya untuk menjaga kebugaran. Sebab olahraga tim seperti sepakbola perlu latihan bersama untuk membangun kebersamaan dan chemestry.
Mantan pemain nasional (timnas) U-19 asal Riau, Aji Kusuma, juga melakukan itu. Pemain yang kini bermain untuk Persiba Balikpapan di Liga 2 ini, harus pulang ke Duri, Kabupaten Bengkalis, sambil menunggu kepastian kapan kompetisi akan dilanjutkan.
"Ya, di masa pandemi ini kegiatan cuma latihan mandiri. Biasanya saya setiap pagi latihan sendiri di rumah, mungkin kalo sore sama teman-teman di lapangan," kata Aji, kepada Riaupos.co, Selasa (9/6/2020).
Nama Aji mulai dikenal publik sepakbola Indonesia saat memperkuat Timnas U-19 menjamu Jepang dalam laga ujicoba di Jakarta, 25 Maret 2018 lalu. Dia mencetak satu-satunya gol Indonesia yang masuk ke lapangan dari kursi cadangan saat Indonesia kalah 1-4.
Dua hari kemudian, 27 Maret 2018, setelah memperkuat timnas, Aji juga mencetak satu gol saat klubnya, Perseka Karawang, yang gantian menjadi lawan timnas Jepang U-19. Dalam pertandingan di Lapangan ABC Senayan itu, tim asuhan Ricky Nelson harus mengakui keunggulan Jepang 2-3.
Dalam pertandingan tersebut, Aji juga bermain satu tim dengan Ade Suhendra, mantan pemain PSPS Pekanbaru, Persija Jakarta, PSIM Yogyakarta dan beberapa klub lainnya, yang juga berasal dari Duri.
Dua gol yang dibuat Aji ke jala Jepang dalam dua pertandingan berbeda ini membuat pelatih Nippon Muda, Kageyama Masanaga, memberi apresiasi kepadanya. Kageyama menganggap Aji punya potensi bagus jika terus diberi kesempatan dan mau berlatih keras.
"Pemain depan mereka yang baru masuk bisa memanfaatkan keletihan dan longgarnya ruang di lini belakang kami. Saya kira pemain itu dua kali sudah mengelabui kiper saya. Cerdas sekali," ujar Masanaga, dikutip dari laman resmi PSSI di Jakarta.
Pelatihnya di Persika ketika itu, Ricky Nelson, juga memberikan pujian.
"Dia pemain yang memiliki kemampuan dan insting mencetak gol. Tinggal bagaimana tugas saya dan juga pelatih timnas bisa mengasah lebih dan mengeluarkan semua kemampuannya saat latihan," kata Ricky.
Dua pertandingan internasional itu membuat kepercayaan diri Aji semakin tinggi untuk terus menekuni sepakbola. Baginya, membela tim nasional, meskipun di kelompok umur, amat membanggakannya karena tak semua pemain sepakbola mendapatkan kesempatan itu.
"Itu adalah cita-cita dan mimpi saya sejak kecil, membela tim nasional," katanya Aji.
Dia merasa bersyukur, selama membela timnas Indonesia lebih banyak suka yang dirasakannya ketimbang duka.
"Duka yang saya rasakan tidak ada ya, karena saat di timnas saya jalani dengan penuh suka. Sulit atau tidaknya tetap dinikmati," ujar Lelaki kelahiran 30 Januari 1999 ini.
Aji mengawali karir sepakbola berkat hobinya sejak kecil. Karir jebolan pemain Akademi Tiga Naga ini berawal saat bernaung di SSB Duri Galaxy sebelum melompat ke Akademi Tiga Naga.
Di Akademi Tiga Naga inilah Aji dipoles dan dibimbing untuk menjadi pemain profesional. Seperti diketahui, akademi yang bermarkas di Pekanbaru ini memiliki fasilitas dan pelatih berkualitas yang sangat menunjang pemain untuk mengasah talenta. Aji merupakan angkatan pertama di akademi milik Rudy Sinaga tersebut.
Dia mengaku, di Tiga Naga dia disiapkan untuk menjadi pemain profesional. Setelah itu dia pindah PS TNI U-19 tahun 2017, lalu di tahun yang sama ke Bali United U-19. Di Bali United junior itu, performa Aji bagus dan terus bisa mengembangkan permainan. Dia menjadi salah satu pilar utama dan membawa Bali United U-19 meraih juara ketiga tahun 2018.
Penampilannya yang terus membaik membuat Aji dipantau oleh tim pelatih timnas U-19 sebelum akhirnya dia dipanggil. Pemanggilan ini sekaligus untuk mengobati rasa kecewanya karena setahun sebelumnya, 2017, dia sempat dipanggil, namun akhirnya dicoret.
Dari rentetan pengalaman dirinya dari awal bermain sepakbola hingga akhirnya dipanggil ke timnas level junior itu, Aji menjelaskan, kuncinya adalah bekerja keras dan tak boleh patah semangat saat gagal. Ini merupakan pesan bagi para pemain muda yang yakin sepakbola sebagai pilihan hidupnya.
"Kita mesti disiplin dalam segala hal, menjaga ettitude, selalu percaya kepada diri sendiri, dan yakin kita bakal sukses di sepakbola," ujar Aji mengakhiri.
Laporan: *1/Eka Gusmadi P
Editor: Hary B Koriun