JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Olimpiade Tokyo 2020 masih kurang delapan bulan lagi. Namun, antusiasme olahraga di Jepang sudah menghangat. Itu juga yang dirasakan oleh tim nasional bulu tangkis Jepang.
Pada latihan perdana mereka tahun ini saja, sebanyak 70 perwakilan media datang untuk meliput langsung ke markas tim Jepang. Menurut pelatih kepala timnas bulu tangkis Jepang Park Joo-bong, itu adalah fenomena baru.
Artinya ekspektasi publik Jepang kepada para pebulu tangkis mereka sangat tinggi. Dalam empat tahun terakhir, perhatian Jepang kepada bulu tangkis memang meningkat. Itu seiring munculnya banyak pemain kelas dunia dari Negeri Matahari Terbit.
Ikon Jepang tentu saja adalah tunggal putra nomor satu dunia dan salah seorang pemain putra paling dominan saat ini, Kento Momota.
Namun, pelatuk semua ini sejatinya adalah ketika ganda putri Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi meraih emas Olimpiade Rio 2016. Itu merupakan emas pertama bulu tangkis Jepang dalam sejarah Olimpiade.
Selain itu, Jepang meraih satu perunggu melalui tunggal putri Nozomi Okuhara.
Kepada media asal Malaysia, The Star, Joo-bong mengatakan bahwa memenangkan Olimpiade di kandang sendiri pada 25 Juli sampai 3 Agustus mendatang, merupakan segala-galanya.
Andalan terpenting Jepang tentu saja Momota. Namun, tunggal putri dan ganda putri juga memiliki peluang besar untuk mendulang emas.
Karena prestasi yang terus meningkat, perhatian publik juga meninggi. Menurut Joo-bong, itu membuat tekanan kepada skuadnya semakin intens memasuki tahun 2020.
”Perwakilan 70 media datang dalam latihan kami. Itu adalah tanda bahwa bangsa Jepang tertarik dengan apa yang kami lakukan. Apalagi, Olimpiade akan tergelar di kandang sendiri," kata Joo-bong sebagaimana dilansir The Star.
"Target tim ini adalah lebih baik dari empat tahun lalu yakni satu emas dan satu perunggu. Jadi, bahkan mendapatkan satu emas dan satu perak sudah memenuhi target. Yang jelas, tahun ini Olimpiade lebih penting ketimbang Piala Thomas dan Uber," imbuh pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Pada edisi 2018 Thomas dan Uber Cup di Bangkok, tim putra Jepang menjadi runner-up. Sedangkan tim putri menjadi kampiun untuk kali pertama sejak 1981. "Namun, sekarang semua fokusnya ke Olimpiade," tegas Joo-bong.
Di atas kertas, peraih emas ganda putra Olimpiade Barcelona 1992 itu berharap Jepang bisa meraih lebih dari satu emas. Acuannya adalah Kejuaraan Dunia 2019 di Basel. Saat itu, Jepang menjadi juara umum dengan meraih dua emas, tiga perak, dan satu perunggu.
Emas diraih Momota dan ganda putri Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Bahkan, sektor ganda putri menciptakan All-Japan Final. Matsumoto/Nagahara mengalahkan kompatriot mereka Yuki Fukushima/Sayaka Hirota di partai puncak.
Jepang adalah satu-satunya negara di dunia yang saat ini punya pemain top 3 di lima sektor. Selain Momota yang menjadi tunggal putra nomor satu dunia, ada juga tunggal putri Akane Yamaguchi (nomor 3).
Lalu, ganda putra Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (nomor 3), ganda putri Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (nomor 2 dan 3). Terakhir adalah ganda campuran Yuta Watanabe/Arisa Higashino (nomor 3).
"Peluang terbesar kami tentu saja Momota. Namun tidak gampang, sebab dia akan menghadapi banyak sekali lawan bagus. Semua pemain akan bersemangat untuk mengalahkan dia," ucap Joo-bong.
Menurut pelatih berusia 55 tahun itu ada empat tunggal putra yang bisa mengganjal langkah Momota untuk meraih emas Olimpiade Tokyo 2020.
Mereka antara lain tunggal nomor dua asal Taiwan Chou Tien-chen, lalu Shi Yuqi (Tiongkok), Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia), dan Anders Antonsen (Denmark).
"Mereka itulah yang kompetitor utama Kento," katanya.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi