ABU DHABI (RIAUPOS.CO) -- Juara kelas ringan UFC Khabib Nurmagomedov bakal bertarung melawana Dustin Poirier pada UFC 242 di The Arena, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (8/9) dini hari WIB.
Petarung dengan julukan The Eagle itu menghadapi Poirier yang berstatus juara interim, setelah ia dijatuhi denda dan skors akibat menyerang staf Connor McGregor yang mengejeknya dalam pertarungan besar Oktober tahun lalu. Kini, ia bertekad mengamankan gelarnya meski telah 11 bulan absen bertarung.
Khabib bukan seorang petarung striker. Dia tidak memiliki keunggulan untuk melepaskan pukulan dan tendangan yang bisa menumbangkan lawan. Saat bertarung, Khabib lebih banyak merespons pukulan-pukulan lawannya dengan mengandalkan kombinasi satu-dua pukulan, menekan lawan, dan selalu berusaha untuk mencari peluang.
Dalam pertarungan melawan McGregor, ia mampu membuat lawannya frustrasi dengan tetap tenang dan melancarkan pukulan-pukulan jab.
Ketika melawan Edson Barboza, Khabib lebih aktif melepaskan tendangan-tendangan samping (round kick). Banyak pihak menilai hal itu merupakan pendekatan yang cerdik untuk menghadapi lawan dengan spesialis tendangan.
Sebagian besar serangan "striking" serius dari Khabib ditujukan untuk menyiapkan gerakan selanjutnya yang berupaya merubuhkan lawan. Tidak terkecuali serangan lututnya, yang dirancang untuk membuka pertahanan lawan, dan kemudian tubuh lawan terbuka untuk dijatuhkan melalui bantingan.
Keunggulan utama Khabib adalah kemampuan gulatnya sebagai seorang atlet Sambo, Judo, dan gulat bebas. Ia memiliki segudang pengalaman bergulat dan bergumul yang membuatnya dapat mendominasi pertarungan.
Ketika menghadapi lawan yang biasa-biasa saja, Khabib akan dengan mudah mengambil kedua kaki lawan (double leg takedown), menyusup, dan menjatuhkannya.
Saat berhadapan dengan lawan yang lebih sulit, Khabib mengubah pendekatannya. Ia akan lebih mengincar satu kaki (single leg takedown). Beberapa kali ia mengambil posisi yang terlihat aneh, untuk kemudian menggenggam kaki lawan, memperbaiki postur, dan kemudian menyelesaikan gerakannya.
Khabib juga memiliki berbagai cara untuk menyelesaikan bantingannya. Pada pertarungan-pertarungan terdahulu, lawan tidak paham betapa bagusnya bantingan Khabib dari posisi belakang (back clinch), dan mereka berusaha untuk berputar untuk melepaskan diri. Kini Khabib memiliki banyak kombinasi untuk menjatuhkan lawannya.
Saat sudah berada dalam posisi di atas (mount), Khabib akan memiliki kontrol penuh atas lawannya. Ia kerap menggunakan pendekatan "triangle" dengan kakinya atau mengendalikan kedua pergelangan tangan lawannya.
Ia juga kerap menghabisi lawannya dengan menghujani pukulan saat sudah berada dalam posisi mount. Khabib terkesan tidak ingin melepaskan pukulan sia-sia saat sudah mengunci lawannya. Ia bahkan sempat melepaskan pukulan uppercut saat sedang melakukan pertarungan lantai (groundfighting) melawan Barboza.
Selain kemampuan striking dan gulat, Khabib juga menguasai Brazilian Jiu Jitsu. Sembilan kemenangannya di UFC didapat melalui tapout (lawan menepuk tanda menyerah). Dapat disimpulkan bahwa Khabib merupakan petarung yang komplet.
Sementara calon lawan Khabib, Poirier, lebih banyak menelan kekalahan daripada petarung asal Dagestan itu. Namun Poirier menilai pengalaman yang dimilikinya lebih berharga untuk bisa memenangi pertarungan.
"Saya telah belajar banyak melalui kekalahan dan kejayaan, yang tidak pernah ia pelajari (karena Khabib begitu dominan). Ada sesuatu mengenai bangkit dari bawah berkali-kali dan masih mengejar mimpi Anda," kata Poirier seperti dikutip MMA Junkie. (rauf/ant/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal