MILAN (RIAUPOS.CO) - Kreativitas tifo raksasa foto dari pendukung AC Milan di Curva Sud Stadion San Siro, Ahad (4/9) begitu menarik perhatian. Yaitu seseorang dengan jersey AC Milan berpose gagah. Di sebelahnya, seseorang mengenakan jersey Inter sedang menangis. Dibawahnya ada tulisan "Tradizione Meneghina" atau tradisi orang-orang di Kota Milan.
Tifo yang ditampilkan sebelum kickoff itu kemudian menjadi cerita akhir Derby della Madonnina edisi ke-233. AC Milan berhasil membuat Inter Milan menangis dengan skor 3-2. "(Kota) Milan adalah milik Rossoneri," ucap bomber AC Milan Olivier Giroud yang mencetak satu gol dalam laga di matchweek keenam Serie A tersebut kepada DAZN.
Kemenangan dalam derbi Milan memiliki makna penting bagi Rossoneri. Setelah 12 tahun menunggu, inilah kali pertama Rossoneri mampu menang secara back-to back di Serie A. Status kemenangan kali ini pun istimewa karena Davide Calabria dkk merupakan pemegascudetto.
Selain itu, setelah enam musim, baru kali ini AC Milan sukses menjungkalkan Inter saat berstatus sebagai tuan rumah (dihelat di San Siro). Kemenangan sekaligus membawa skuad Stefano Pioli melesat ke peringkat kedua dan memiliki poin sama (11 poin) dengan capolista SSC Napoli.
Sebaliknya, Inter yang sebelum derbi Milan berada di peringkat ketiga kini anjlok ke peringkat keenam. Kekalahan kemarin tentu bukan yang diharapkan Nerazzurri jelang memulai fase grup Liga Champions dengan menghadapi Bayern Munchen di Stadio Giuseppe Meazza pada Kamis (8/9) dini hari.
Performa MVP Serie A musim lalu Rafael Leao jadi pembeda. Wide attacker asal Portugal itu memborong dua gol, termasuk gol pertamanya yang menjadi gol keseratus bersama Rossoneri. Leao juga memberi umpan gol untuk Giroud.
"Saat skor 3-1 (gol kedua Leao menit ke-60, red) kami sudah berusaha menuntaskan laga. Tapi, pada akhirnya (Edin) Dzeko (striker Inter, red) mengubahnya jadi 3-2 (menit ke-67, red). Untung kami menjalani sisanya (23 menit waktu normal, red) dengan baik setelah kinerja hebat bek-bek kami," beber Ollie—sapaan akrab Giroud.
Di 20 menit terakhir, intensitas serangan Inter memang intens. Total tujuh ancaman dilakukan pemain Inter ke gawang Mike Maignan. Situasi yang menurut allenatore ACM Stefano Pioli berbeda dari 70 menit pertama. "Selama 70 menit, kami memainkan permainan yang indah. Kami bermain sebagai tim yang sangat kuat. Kemudian kami berpikir bahwa laga sudah berakhir. Kami harus belajar dari kesalahan seperti itu," tutur Pioli dilansir Milan News.
Pioli beruntung skuad AC Milan musim ini memiliki kedalaman lebih bagus. Seperti ketika menarik gelandang serang Charles De Ketelaere dan memasukkan Brahim Diaz. Juga masih ada Divock Origi sebagai deputi Giroud.
Di sisi lain, allenatore Inter Simone Inzaghi kecewa dengan kegagalan timnya memanfaatkan 20 menit terakhir untuk bisa menyamakan kedudukan. Kepada Tuttomercatoweb, pelatih yang akrab disapa Simo itu mengakui, penampilan apik Maignan jadi kunci kegagalan pemain Inter mencetak gol ketiga. "Andaikan tidak ada Maignan, upaya kami mungkin tidak akan sesulit seperti yang Anda lihat," tuturnya.(ren/dns/jpg)