RIAUPOS.CO - Pelatih Sevilla Jose Luis Mendilibar mengakui ia masih meresapi gelar juara Liga Europa setelah mengandaskan AS Roma. Sang pelatih juga mengatakan jika pekerjaannya telah selesai dan membuka opsi untuk bertahan bersama Los Nervionenses.
Sevilla berhasil mempertahankan gelar Liga Europa usai mengalahkan Giallorossi di babak final lewat adu penalti 4-1. Bermain di Puskas Arena, Kamis (1/6) dini hari WIB, kedua tim sebelumnya bermain sama kuat 1-1 selama 120 menit.
Dalam babak adu tos-tosan, tim asuhan Jose Mourinho kurang beruntung dengan eksekusi duo bek Gianluca Mancini dan Roger Ibanez gagal menaklukkan Yassine Bounou. Sementara, Sevilla keempat algojonya sukses menuntaskan tugasnya dengan baik.
Dengan hasil tersebut, Los Nervionenses kini telah memenangkan ketujuh final yang telah mereka mainkan di kompetisi ini, dan akan berlaga di Liga Champions musim depan meskipun mereka finis di luar empat besar di Liga Spanyol.
Paulo Dybala membawa Roma unggul lebih dulu melalui sebuah serangan balik di menit ke-35, namun Sevilla kemudian mengambil alih kendali permainan dan menyamakan kedudukan berkat gol bunuh diri dari Mancini di menit ke-55. “Sepertinya kami telah memenangkan Liga Eropa, bukan?” ujar Mendilibar kepada Movistar.
“Saya tidak tahu apakah saya masih mempercayainya. Ketika saya pergi berlibur, kami akan memikirkan apa yang telah kami lakukan,” tambah pelatih asal Basque sambil meresapi keberhasilan yang telah diraihnya bersama Sevilla.
Ini merupakan final Liga Europa ketiga secara beruntun yang berakhir dengan adu penalti. Dan nasib Mendilibar bersama Sevilla akan diputuskan oleh manajemen yang nampaknya akan mempertahankan sang pelatih.
“Saya sangat senang. Segalanya berjalan luar biasa dengan anak-anak, karena mereka dengan cepat menerima apa yang saya minta dan memberikan segalanya.
“Akan sangat menyenangkan untuk melanjutkannya. Pekerjaan sudah selesai. Mereka mungkin akan menawarkan perpanjangan kontrak kepada saya dan saya akan sangat senang jika mereka menawarkannya kepada saya,” jelas pelatih berusia 62 tahun.
Mengenai pertandingan tersebut, Mendilibar menyoroti pasukannya yang terlambat panas. Ia sempat kecewa para penggawa Sevilla tidak bisa bermain lepas di babak pertama dan untungnya pada babak kedua mereka bisa tampil seperti yang ia harapkan.
“Kami memulai laga dengan buruk, tanpa mencari ruang atau melepaskan umpan silang dan mereka sangat nyaman.
“Di babak kedua kami lebih agresif, kami lebih banyak masuk ke dalam kotak penalti untuk mencari penyelesaian akhir dan hasil imbang pun tercipta.
“Di babak perpanjangan waktu kami tidak bisa bermain menekan karena pergantian pemain dan cedera, namun kami berhasil dalam adu penalti dan kami berhasil memenangkannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Pelatih AS Roma Jose Mourinho secara terang-terangan menyebut Anthony Taylor, wasit asal Spanyol karena keputusannya yang diklaim terlalu menguntungkan Sevilla.
Padahal Taylor merupakan pengadil pertandingan berkewarganegaraan Inggris. “Apa yang saya katakan adalah kita pergi dari sini dengan menang dan meraih trofi juara atau kita tamat di sini,” buka Mourinho, dikutip dari Football Italia. “Yah, kita sudah mati kutu. Kami sangat lelah secara fisik, sangat lelah secara mental, mati karena kami pikir ini adalah kekalahan yang tidak adil dengan banyak insiden yang bisa diperdebatkan,” sambung Mourinho.
Menurut Mou, 13 kartu kuning yang dikeluarkan tidak serta-merta bisa menyebut Taylor bekerja secara lugas memimpin final Liga Eropa. “Final Liga Europa kali ini adalah pertandingan yang intens, maskulin, dan bersemangat dengan wasit yang tampak seperti orang Spanyol (memihak Sevilla),” celetuk Mourinho.
“Kartu kuning bertebaran sepanjang pertandingan. Ketidakadilan ditunjukkan fakta Lamela seharusnya mendapat kartu kuning kedua, dia tidak melakukannya, dan dia mengonversi penalti (untuk AS Roma) menjadi penentuan gelar juara melalui adu penalti,” keluh Mou.(eca)
Laporan JPG, Budapest