LIVERPOOL (RIAUPOS.CO) -- Liverpool unggul 14 poin (55-41) dari juara bertahan Manchester City. Tapi pelatih Liverpool Juergen Klopp mengingatkan kalau kompetisi masih separo perjalanan. Jadi, apapun masih bisa terjadi. Apalagi, pada matchweek 21 yang berlangsung di Anfield dini hari nanti (3/1), Liverpool akan kedatangan tamu tim promosi dengan rangking tertinggi saat ini yakni Sheffield United (siaran langsung Mola App/Mola Matrix/Mola Polytron Streaming pukul 03.00 WIB).
Dalam wawancara dengan ESPN kemarin (1/1), Klopp mengatakan kalau dirinya sering diingatkan tentang kegagalan The Reds di pentas Premier League pada musim-musim sebelumnya. Yang terbaru tentu musim lalu.
Sempat unggul tujuh poin atas City sampai matchweek 20 (54-47), kemudian memendek empat poin di matchweek 21 (54-50). Lalu mendekat jadi tiga poin di matchweek 25 (62-59), satu poin (66-65) di matchweek 27, dan dikudeta oleh City pada matchweek 29 dengan keunggulan satu poin (71-70).
"Semua orang berkata kalau tim ini putus asa mengejar titel (domestik). Namun kami tak bisa mengubah keputusasaan itu dalam sekejap, karena itu memerlukan waktu, kerja keras, dan menjalani semua laga yang ada," kata Klopp.
Pelatih 52 tahun itu sudah terbiasa dengan predikat pecundang sejak di Borussia Dortmund. Saat itu, Klopp sempat beberapa kali kalah berebut titel domestik dengan Bayern Munchen. Dortmund asuhannya juga kalah oleh Bayern di final Liga Champions 2013.
"Yang hanya bisa saya katakan adalah semua elemen tim mencoba, mencoba, dan mencoba. Saya tak akan pernah bisa menjanjikan lebih dari hal itu," tutur pelatih dengan persentase kemenangan 60 persen bersama Liverpool itu.
Liverpool Echo menulis performa Klopp sejak datang ke Liverpool 8 Oktober 2015 lalu tak terlalu bagus pada periode Januari-Februari. Pada musim 2015-2016 dari tujuh laga domestik, Klopp cuma menang dua kali. Sisanya dua kali seri dan tiga kalah. Total poin yang terbuang sebanyak 13.
Musim berikutnya pada periode yang sama, Liverpool lebih banyak membuang poin. Yakni 16 poin (sekali menang, tiga seri, dan tiga kalah). Musim 2017-2018 mengalami perbaikan. Jordan Henderson dkk hanya membuang lima poin (lima menang, sekali seri, dan sekali kalah).
Sayangnya periode 2018-2019, Liverpool kembali ‘kumat’. Meski juara Liga Champions di akhir musim, namun pada Januari-Februari Liverpool menyia-nyiakan enam poin (empat menang, tiga seri, dan sekali kalah). Kekalahan dari City di awal tahun (4/1/2019) awal mimpi buruk kegagalan juara 2018-2019. Liverpool lalu berturut menuai hasil seri lawan Leicester (30/1/2019) dan West Ham (4/2/2019) dipungkasi seri lawan Manchester United (24/2/2019) periode Januari-Februari. Nah, catatan inilah yang membuat pendukungnya waswas.
Disodori fakta buang-buang poin periode Januari-Februari , Klopp hanya tertawa. Klopp menyebutkan kalau City dan Liverpool saling memberikan tekanan sampai akhir musim. Meski, akhirnya City juara dengan keunggulan satu poin di depan Liverpool (91-90).
"Ya, kami memang kecewa dengan kekalahan di akhir musim tetapi pesaing utama timmu adalah City. Kami tak bisa sekedar berharap kami sudah melakukan yang terbaik karena mereka pun melakukan upaya yang sama besarnya dengan kami," ujar Klopp.
Pada laga nanti, Liverpool masih belum bisa menurunkan Xherdan Shaqiri, Alex Oxlade Chamberlain, Fabinho, Dejan Lovren, dan Joel Matip. Sebaliknya, Sheffield datang dengan kekuatan yang lebih komplit. Tapi, bukan kekuatan Liverpool yang ditakuti Sheffield. Pelatih Sheffield Chris Wilder justru khawatir dengan VAR. Kekhawatiran yang beralasan. Sebab, saat Liverpool mengalahkan Wolverhampton (29/12), mereka tertolong keputusan kontroversial VAR. Sebaliknya, Sheffield beberapa kali dirugikan teknologi yang membantu kinerja wasit itu. (dra/bas/eca)
Laporan JPG, Liverpool