Gelar Salat Gaib Berjamaah

Nasional | Selasa, 30 Oktober 2018 - 13:59 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PESAWAT masih baru. Jam terbang pilot dan kopilot pun cukup. Cuaca di jalur penerbangan juga cerah. Lantas, apa yang mengakibatkan pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Karawang kemarin? Diprediksi 189 orang di pesawat itu seua meninggal. Bahkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang karyawannya banyak jadi korban pun menggelar Salat Gaib.

Hingga malam tadi, penyebab kecelakaan belum juga terjawab. Meski demikian, gejala ketidakberesan pesawat sebenarnya tampak sehari sebelumnya. Ahad malam (28/10), pesawat tersebut hendak bertolak dari Denpasar, Bali, ke Jakarta. Namun, beberapa penumpang melaporkan bahwa pesawat bermasalah. Mesin berkali-kali mati. Sistem pendingin di dalam kabin juga macet.

Baca Juga :Kirim Flight Recorder Super Tucano ke Luar Negeri

Salah satu penumpang yang merasakan masalah itu adalah Chonchita Caroline. Dia lantas menumpahkan keluhannya di akun Instagram-nya. Dia menyebutkan, suara mesin pesawat saat itu tidak seperti biasa­nya. Bahkan, sebelum terbang, penumpang sempat keluar pesawat karena merasa kekurangan oksigen. 

’’Tanpa penjelasan awak kabin tentang masalah yang sebenarnya terjadi,’’ tulisnya.

Presiden Direktur Lion Air Edward Sirait membenarkan bahwa pesawat tersebut sempat mengalami masalah teknis di Denpasar. Namun, dia tidak menjelaskan masalah teknis tersebut. Dia hanya menyatakan bahwa masalah itu bisa diatasi teknisi. Karena dianggap laik terbang, pesawat tersebut kemarin tetap beroperasi.

Kenyataannya, beberapa saat setelah pesawat take off, pilot Bhavye Suneja menghubungi menara kontrol Jakarta. Dia meminta izin naik dari ketinggian 1.700 kaki ke 5.000 kaki karena ada masalah flight control. Sebelum komunikasi dengan menara kontrol terputus, pilot juga sempat mengajukan permintaan return to base (RTB).

Kronologi

Pesawat Boeing 737 MAX 8 milik PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) take off dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, pukul 06.20. Tidak lama berselang, menara kontrol di Jakarta kehilangan kontak. Posisi terakhir pesawat berada di koordinat 050 49.727 S–1070 07.460 E atau di perairan utara Karawang, Jawa Barat. 

Kepala Basarnas (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) M. Syaugi menyatakan, pihaknya menerima informasi dari air traffic control (ATC) Jakarta bahwa pesawat JT 610 hilang kontak. ’’Saat itu pesawat ada di ketinggian 2.500 feet dengan kecepatan mencapai 340 knot,’’ jelasnya. 

Basarnas segera memberangkatkan pasukan. Mereka menggunakan kapal laut dan helikopter. Sekitar 150 anggota dikerahkan. ’’Begitu sampai di lokasi, kami menemukan puing pesawat, pelampung, HP, dan beberapa potongan tubuh manusia. Itu lokasinya 2 nautical mile dari koordinat yang diberikan ATC,’’ ucapnya. 

Nelayan, TNI, dan Polri membantu menyisir di permukaan. Basarnas juga mengerahkan tim penyelam. Kedalaman laut di lokasi tersebut mencapai 30–35 meter. Sayang, hingga kemarin, bangkai pesawat belum ditemukan.

Direktur Operasional SAR Bambang Suryoaji menambahkan, pihaknya akan menggunakan remotely operated vehicle (ROV) di KRI Rigel milik TNI-AL. ’’Untuk membantu menemukan bangkai kapal, ROV saja cukup,’’ tuturnya. Basarnas juga akan menggandeng kapal riset milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) KR Baruna Jaya I. Kapal tersebut difokuskan untuk mencari kotak hitam pesawat.

Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) Hammam Riza menuturkan, kapal riset Baruna Jaya I telah dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam (black box) pesawat. ’’Kami telah diminta KNKT dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I kami berangkatkan nanti malam (kemarin malam, red) atau paling lambat esok pagi (hari ini, Red) dari Dermaga Muara Baru,’’ ungkapnya.

Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menuturkan, bantuan peralatan dari Singapura telah tiba di Jakarta. ’’Singapura bawa alat yang lebih baik untuk mencari black box,’’ ujarnya malam tadi. 
Kotak hitam tersebut diharapkan bisa menguak penyebab kecelakaan. Termasuk tujuan pilot meminta izin melakukan RTB. ’’Nanti kelihatan alasannya,’’ ujarnya.

Pencarian 24 Jam

Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kembali dari kunjungan kerja di Bali, langsung menemui dan sempat berdialog dengan keluarga korban di Posko Crisis Center VIP Terminal I Bandara Soekarno-Hatta. Dia pun tidak dapat menyembunyikan keprihatinannya atas peristiwa itu.

“Saya sampaikan duka mendalam atas musibah yang terjadi pagi hari tadi (kemarin, red). Kita semuanya sangat tahu perasaan para keluarga korban yang menunggu informasi, yang menanti kabar. Terutama dari Basarnas,” kata Jokowi.

Dia pun telah memerintahkan dan menggerakkan Basarnas, Polri, TNI, Kementerian Perhubungan serta kapal swasta untuk membantu pencarian. Bahkan, Jokowi menginstruksikan agar tim bekerja 24 jam. Sebab, meskipun lokasinya sudah diketahui, badan pesawat tipe B 737-8 Max belum ditemukan.

“Sudah saya perintahkan agar malam ini kerja 24 jam menggunakan lampu sebanyak-banyaknya untuk mempercepat pencarian terutama badan pesawat dan korban,” pinta dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani kemarin mendatangi kantor Basarnas. Kedatangannya tersebut sebagai bentuk dukungan karena ada 21 pegawainya yang menjadi korban. 

”Para pegawai Kemenkeu yang menjadi penumpang pesawat Lion Air JT610 bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pangkal Pinang dalam rangka tugas,” katanya kemarin. Seluruh pegawai Kemenkeu tersebut bertugas di kantor vertikal Kemenkeu wilayah Pangkal Pinang.

Selain pegawai Kemenkeu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga ikut kehilangan. 10 pegawai BPK dan dua pegawai BPKP turut menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT610. 

Ke-10 pegawai BPK yang menjadi korban antara lain Harwinoko, Martua Sahata, Dicky Jatnika, Achmad Sobih Inajatulllah, Imam Riyanto, Yunita Sapitri, Yoga Perdana, Resky Amalia, Yulia Silviyanti serta Zuiva Puspitaningrum.

”Kami cukup terpukul juga karena cukup banyak karyawan kami yang kena musibah di Lion Air ini,” kata Anggota III BPK Achsanul Qosasi. 
Sejumlah karyawan BPK yang menjadi korban itu mayoritas adalah karyawan BPK yang ditempatkan di Bangka Belitung. Bahkan Harwinoko, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPK Perwakilan Provinsi Bangka Belitung, juga ikut menjadi korban.

Achsanul menjelaskan, para pegawai tersebut  berniat kembali dari Jakarta ke homebase mereka di Pangkal Pinang. Untuk sampai di kantor pukul 08.00 WIB, mereka mengambil penerbangan pagi dengan Lion Air. “Jam 07.10 WIB diperkirakan sudah ada di Pangkal Pinang,” lanjutnya. 
Setelah mengetahui ada pegawai BPK yang menjadi korban, BPK pun menggelar Salat Gaib berjamaah. BPK juga membuat posko dan memberikan layanan informasi untuk keluarga korban. BPK juga mengupayakan layanan untuk keluaga korban jika ingin datang langsung ke Karawang. Layanan tersebut dikoordinasikan dengan Basarnas dan TNI. Achsanul masih berharap ada jenazah pegawai BPK yang bisa ditemukan.

Sementara itu, dari BPKP, tercatat dua auditor dari Perwakilan BPKP Provinsi Bangka Belitung yang menjadi korban. Mereka adalah Haris Budianto dan Putri Yuniarsi. Kepala Biro Hukum dan Humas BPKP Syaifudin Tagamal mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan keluarga korban. 

“Pegawai BPKP sudah mengantarkan keluarga ke RS Polri Kramat Jati Jakarta untuk diambil sampel DNA, sambil menunggu perkembangan di RS tersebut,” jelasnya. 

Pastikan Tak Ada Warga Riau
Sementara itu pihak Lion Air Pekanbaru mengatakan tidak ada warga Riau dalam kecelakaan pesawat JT-610 tujuan Pangkal Pinang. Bahkan, saat ini manajemen Lion Air di Pekanbaru belum mendapatkan laporan dari masyarakat atau keluarga korban.

“Sampai sekarang datanya belum ada. Tapi nanti kami pastikan kembali. Saat ini juga masih belum ada keluarga penumpang pesawat tersebut yang melaporkan keluarganya kepada kami melalui crisis center atau informasi Penumpang terkait JT-610 melalui nomor telepon +62 21 80820002,” ucap Kepala Cabang Lion Air Pekanbaru Novi.

Sementara Eksekutif General Manajer Angkasa Pura II Jaya Tahoma Sirait mengatakan Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, masih beroperasi normal. Taka ada terdampak pascajatuhnya pesawat Lion Air JT-610.

“Dampaknya terhadap penerbangan tidak ada, kondisi penerbangan tetap normal,” kata Jaya Tahoma.

Saat ditanya apakah ada imbasnya ke penerbangan, atau makin memperketat penerbangan terkait insiden tersebut, Jaya Tahoma menjelaskan, bahwa sebelum pesawat terbang pihaknya selalu melakukan pemeriksaan yang dilakukan ahlinya.(lyn/far/gih/jun/bad/hud/jpg/fat/cr2/man/ted)

 

(Laporan JPG, Jakarta)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook