JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Indonesia National Air Carrier Association (INACA) kembali mengeluhkan harga avtur yang beragam. Ketua Umum INACA Denon B. Prawiraatmadja pun meminta harga bahan bakar pesawat udara itu di seluruh wilayah Indonesia diseragamkan. Hal tersebut diharapkan dapat menekan harga tiket pesawat.
”Ada disparitas harga di Indonesia Timur sampai Rp3.000. Ini akan jadi kajian bagaimana caranya menghadirkan avtur supaya lebih kompetitif,” ujarnya ditemui di Kemenko Perekonomian, kemarin (26/12).
Denon menjelaskan, tingginya harga tiket pesawat salah satunya dipicu avtur. Jika ada disparitas harga avtur di tiap wilayah di Indonesia, otomatis hal tersebut juga memengaruhi harga tiket pesawat. Karena itu, Denon berharap harga avtur bisa sama rata di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia Tengah, Timur, maupun Barat diharapkan bisa memiliki harga yang seragam.
Selain avtur, komponen lainnya yang dapat memengaruhi harga tiket pesawat adalah pergerakan nilai tukar rupiah. Lebih lanjut, Denon memastikan bahwa tarif tiket pesawat sangat bergantung mekanisme pasar. Tidak ada koordinasi satu sama lain dari maskapai penerbangan. Dia juga menyinggung distribusi dan penjualan avtur yang hingga kini berada di tangan Pertamina selaku BUMN bidang minyak dan gas.
Terkait dengan opsi avtur, jika kemungkinan dikelola pihak swasta, asosiasi menyambut baik sepanjang pelaksanaannya di beberapa bandara di Indonesia bisa memberikan harga yang lebih bersaing. ”Sebetulnya, dari pemerintah sudah menginisiatori untuk menghadirkan kompetitor. Jadi, saya pikir, sepanjang nanti pada saat pelaksanaannya bisa memberikan harga yang bersaing, pasti disambut baik oleh asosiasi,’’ urai Denon.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan, harus ada persaingan dalam penjualan bahan bakar pesawat atau avtur. Saat ini avtur masih menjadi kendala sehingga mengakibatkan harga tiket pesawat tinggi. ”Harga avtur harus turun dan tidak monopoli Pertamina saja, kita harus masukkan satu atau dua lagi (penjual avtur di Indonesia),’’ ujarnya.
Menurut dia, jika ingin adanya harga yang kompetitif, tentu tidak mungkin hanya satu pihak yang menjual avtur. Luhut juga telah meminta semua pihak untuk melakukan efisiensi, termasuk soal avtur. Luhut yakin banyak yang ingin menjual avtur di Indonesia. ”Orang rebutan, banyak yang mau. Tinggal nanti Kementerian Perhubungan seleksi mana kira-kira yang memenuhi standar kita juga,’’ jelasnya.
Selain Pertamina, sebenarnya sudah ada PT AKR Corporindo Tbk yang menjual avtur di Bandara Khusus Indonesia Morowali Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Namun, area penjualannya masih terbatas di bandara itu saja.(dee/c12/oki/jrr)