CIANJUR (RIAUPOS.CO) - Gempa bumi di Kabupaten Cianjur mengakibatkan 56.311 rumah rusak. Akibatnya, sebanyak 45.976 orang terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian. Hingga kemarin, terdapat 207 titik lokasi pengungsian. Baik terpusat maupun mandiri.
Hingga hari keenam pascagempa, kehidupan pengungsi makin memprihatinkan. Khususnya yang tinggal di tenda yang dibangun secara mandiri menggunakan terpal. Setiap hujan turun, para pengungsi harus sibuk memindahkan barang-barang agar tidak basah. Beberapa tenda juga terlihat bocor. Air hujan pun masuk membasahi alas tenda.
Fadil, 43, warga Kampung Cibeleng Hilir, mengungkapkan, di kampungnya ada 150 rumah rusak. Sekitar 95 persen rusak berat dan tidak dapat ditempati kembali. Karena itu, warga, termasuk dirinya, harus mengungsi ke tenda-tenda yang dibangun di sekitar Kampung Cibeleng Hilir. ’’Jumlah tenda yang didirikan pemerintah masih kurang, tidak sebanding dengan jumlah pengungsi,’’ keluhnya kemarin (26/11).
Fadil dan beberapa warga berinisiatif membangun tenda secara mandiri menggunakan terpal. ’’Masalahnya sekarang sering turun hujan. Tentu ini sangat mengganggu, terutama yang terpalnya bocor,’’ lanjutnya. Sebagian tenda didirikan di area persawahan. Saat hujan turun deras, air bahkan keluar merembes dari dalam tanah. ’’Apalagi kemarin Jumat itu kan banjir. Airnya ya pada masuk ke tenda-tenda hingga akhirnya kita buat parit sementara,’’ terangnya.
Hujan yang sering terjadi belakangan ini membuat para pengungsi merasa kedinginan. Terutama anak kecil. Bahkan, lanjut Fadil, saat ini sebagian anak mengalami demam. ’’Anak-anak itu yang sangat kasihan, biasa tinggal di rumah yang leluasa bisa main ke sana-sini dan sekarang harus di tenda. Mana umpek-umpekan, hujan lagi,’’ ungkapnya.
Karena itu, Fadil berharap pemerintah segera memperbaiki rumah-rumah yang rusak. Jika hal itu tidak memungkinkan, dia berharap ada bantuan tenda yang representatif. ’’Karena ini kan musim hujan,’’ katanya.
Sementara itu, Wakil Direktur Administrasi Umum RSUD Sayang Cianjur dr Neneng Efa mengungkapkan, cuaca saat ini memang bisa berdampak buruk pada kesehatan para pengungsi di tenda-tenda. Terlebih dengan kondisi psikologis mereka yang baru tertimpa musibah. Kondisi stres bisa membuat daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit. ’’Kita yang tidak di tenda saja juga begini, apalagi mereka yang tidak punya rumah dan tinggal di pengungsian. Jadi ya mereka lebih rentan terkena penyakit,’’ jelasnya.
Karena itu, lanjut Efa, selain membutuhkan bantuan fisik, para pengungsi butuh dukungan psikologis. Sebab, terkadang kondisi psikologis lebih penting dari fisik. Jika mental dan psikologis kuat, daya tahan tubuh mereka akan lebih bagus. ’’Ini memang sedang seperti itu ya di pengungsian-pengungsian. Kita memerlukan orang-orang psikologi atau orang-orang yang memberikan supporting. Dan kalau saya lihat yang di media sosial memang itu sudah bergerak,’’ terangnya.
Efa mengungkapkan, secara akumulatif, jumlah pasien luka yang dirawat di RSUD Sayang Cianjur sebanyak 864 orang. Perinciannya, 317 luka berat dan 547 luka ringan dan sedang. Namun, hingga kemarin yang masih dirawat hanya 37 orang. Terdiri atas 31 korban gempa dan 6 orang dari efek pengungsian. Para pengungsi itu kebanyakan mengalami sakit ISPA dan dehidrasi.
’’Kami telah merujuk beberapa korban luka berat ke sejumlah daerah. Saat ini rumah sakit kita siap, tapi memang ada pasien yang tidak mau dirawat di dalam ruangan karena merasa trauma,’’ ucapnya.
14 Orang Masih Hilang
Kemarin tim SAR kembali menemukan delapan jenazah. Dengan demikian, total korban meninggal dunia akibat gempa sebanyak 318 orang. Sedangkan korban hilang tinggal 14 orang. Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Fajar Setyawan kemarin (26/11). Sementara itu, total korban luka berjumlah 7.729 orang. Perinciannya, luka berat 595 orang dan luka ringan 7.134 orang.
’’Mereka dirawat di beberapa rumah sakit. Termasuk di luar daerah,’’ jelasnya.
Jumlah akumulasi warga mengungsi sebanyak 73.693 orang. Saat ini BNPB dan instansi terkait menyurvei data pengungsi terpilah. Tujuannya, mengetahui distribusi usia, jenis kelamin, dan kelompok rentan di pos pengungsian. Titik pengungsian yang telah disurvei sebanyak 207 lokasi. Jumlah yang disurvei 21.566 KK dengan total pengungsi sebanyak 45.976 jiwa. Perinciannya, laki-laki 20.002 orang dan perempuan 25.974 jiwa. Kemudian, penyandang disabilitas 65 jiwa dan ibu hamil 750 orang. ’’Untuk percepatan distribusi logistik di daerah sulit dijangkau kendaraan besar, saat ini telah dikerahkan sepeda motor,’’ terangnya.
Sementara itu, Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan mengungkapkan, hingga kemarin pihaknya telah menerima 158 kantong jenazah korban gempa Cianjur. Baik yang diterima di RSUD Sayang maupun RSUD Cimacan. Perinciannya, 155 kantong berisi jasad utuh dan 3 kantong berisi bagian-bagian tubuh. ’’Sejak kemarin hingga saat ini kami berhasil mengidentifikasi 10 kantong jenazah. Dengan begitu, total sudah ada 134 jenazah yang berhasil diidentifikasi,’’ jelasnya. Terdiri atas 27 balita, 15 anak, dan 92 orang dewasa. Pihaknya juga berhasil mengidentifikasi 2 kantong jenazah yang berisi potongan tubuh korban gempa.(gih/c17/oni/jpg)