JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Keputusan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangerap yang bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menuai sorotan publik. Sebab, pilihan politik Kaesang berbeda dengan sang ayah Presiden Jokowi dan kakaknya Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, yang berkarier politik di PDI Perjuangan.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah menghormati keputusan Kaesang. Menurut Said, hanya karena Kaesang anak seorang Presiden, pilihan politik itu mendapat perhatian publik. Padahal, aktivitas politik Kaesang, sebagai warga negara merupakan hal biasa.
"Karena pilihan partai politik Kaesang berbeda dengan Pak Jokowi, yang merupakan kader PDI Perjuangan. Masyarakat merasa heran, mengapa anak seorang Presiden yang merupakan kader PDI Perjuangan, memilih aktif di partai berbeda," kata Said kepada wartawan, Senin (25/9).
Berdasarkan peraturan internal PDI Perjuangan, kata Said, memang ada keharusan seluruh anggota keluarga inti kader partai apalagi yang menduduki jabatan publik tidak boleh aktif di partai lain. Ia mengakui, Kaesang memang merupakan anak Presiden Jokowi, yang merupakan kader PDI Perjuangan.
Namun, Kaesang saat ini secara administratif dari Kartu Keluarga telah membentuk keluarga sendiri. Sehingga sudah menjadi keluarga lain.
"Jadi, secara normatif tak ada hal yang luar biasa," tegas Said.
Menurut Said, keheranan masyarakat dengan aktivitas Kaesang bisa jadi didasarkan rekam jejak politik Jokowi. Said lantas mengungkit perjalanan karier Jokowi yang pernah menjadi Wali Kota Solo dua periode, Gubernur DKI Jakarta sampai bisa menjadi Presiden, karena diusung PDIP.
"Kaesang, yang ketika pertama kali Pak Jokowi menjadi pejabat publik, sebagai Wali Kota Solo, yang saat itu baru berusia sekitar 11 tahun, masih berada dalam lingkungan keluarga dan belum membentuk keluarga sendiri, sudah pasti mengetahui dan merasakan ikatan Pak Jokowi sebagai kader PDI Perjuangan," ucap Said.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI ini menyebut, rekam jejak panjang Jokowi yang membuat publik heran, Kaesang memilih berkarier politik di partai politik lain.
"Jejak-jejak panjang perjalanan Pak Jokowi, hampir dua dekade, sebagai kader PDI Perjuangan itulah, yang barangkali sedikit mengusik rasa heran masyarakat ketika Kaesang, memutuskan memasuki partai lain. Bukankah telah tercetak jejak-jejak perjalanan kehidupan dalam naungan PDI Perjuangan. Sebuah keheranan manusiawi," ujar Said.
Said menegaskan, PDI Perjuangan terlalu besar untuk terusik hanya oleh satu dua orang, apalagi yang bukan menjadi pengurus inti. Jika seorang pengurus keluar masih ada puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan jutaan yang siap menggantikan.
"PDI Perjuangan karena kerja keras Ketua Umum Ibu Megawati, telah menjelma menjadi partai modern, dengan mekanisme sistem yang telah baku, yang insya Allah tidak akan terganggu oleh keluar masuknya anggota, apalagi yang sama sekali berada di luar menajemen partai," pungkas Said.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman