KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) -- Politik Malaysia meledak dalam 24 jam terakhir. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mendadak mengundurkan diri di tengah konflik aliansi Pakatan Harapan (PH). Publik pun masih belum tahu apakah Mahathir merupakan korban atau justru otak di balik konflik ini.
Konflik tersebut dimulai saat Partai Bersatu Malaysia (PBM) mengumumkan pengunduran diri dari koalisi PH, Ahad (23/2). Di saat yang hampir bersamaan, Menteri Perekonomian Malaysia Azmin Ali mengumumkan bahwa dia bersama 10 anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) bakal keluar dan membentuk kubu mereka sendiri. Hal tersebut langsung memantik reaksi keras dari Ketua PKR Anwar Ibrahim. "Ada upaya untuk menjatuhkan pemerintahan Pakatan yang melibatkan mantan teman kita di Bersatu dan faksi pengkhianat di PKR," ujar politisi berusia 72 tahun itu kepada The Star.
Anwar marah karena rumor yang beredar Bersatu dan faksi PKR itu bakal bergabung bersama Partai UMNO dan PAS untuk membentuk koalisi pemerintah yang baru. Jika berhasil, maka mimpinya untuk memegang jabatan perdana menteri Malaysia musnah. Pakatan Harapan merupakan koalisi yang terdiri dari empat partai yakni PKR, DAP, Bersatu dan Amanah. Aliansi yang menyatukan kembali Anwar dan Mahathir itu berhasil menghentikan kekuasaan UMNO yang berjalan selama enam dekade. Saat kampanye, Mahathir berjanji hanya akan memegang memimpin Malaysia selama dua tahun lalu menyerahkan kekuasaannya ke Anwar.
Namun, Mahathir sampai saat ini belum memastikan kapan akan menyerahkan jabatannya. Kubu pro kepala negara tertua di dunia itu juga meminta agar jabatannya dipertahankan hingga 2022. Kebetulan, kubu yang keluar dari aliansi merupakan kelompok pro Mahathir. "Kami memutuskan keluar karena PKR terlalu fokus untuk mendepak perdana menteri daripada memikirkan kebijakan bagi rakyat," tulis 11 mantan anggota parlemen PKR yang keluar.
Mahathir sempat dituding sebagai otak di balik kudeta tersebut. Namun, dia langsung menyatakan mengundurkan diri kemarin siang (24/2). Dia juga meletakkan jabatan sebagai chairman Bersatu. Hal itu membuat masyarakat bingung. Beberapa jam kemudian, Mahathir dipanggil ke Istana Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. (bil/jpg)