JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dunia aviasi banyak diterpa isu negatif tahun ini. Selain maskapai, pengelola bandara pun merasakan langsung dampaknya. Tidak terkecuali PT Angkasa Pura II alias AP II yang mengelola 16 bandara di seluruh Indonesia. Tahun ini jumlah penumpang turun signifikan.
Direktur Utama AP II M. Awaluddin menyatakan bahwa harga tiket domestik yang selangit menjadi salah satu faktor pemicu turunnya jumlah penumpang pesawat. Belum lagi, pemberlakuan bagasi berbayar oleh sejumlah maskapai. "Pilihan transportasi umum juga semakin banyak. Terutama di (Pulau) Jawa," tuturnya kemarin (22/12).
Namun, menurut Awal, tren penurunan jumlah penumpang pesawat itu tidak hanya dialami Indonesia. Secara global, jumlah penumpang pesawat memang turun. Bahkan, hal tersebut sempat memicu rumor kebangkrutan Malaysia Airline. Konon, maskapai nasional itu hendak dijual pemerintahan Perdana Menteri (PM) Mahathir Mohamad.
Lalu, bagaimana dengan kondisi bisnis penerbangan pada 2020? Awal memprediksi, tahun depan tetap ada pertumbuhan. Setidaknya, jumlah penumpang akan tetap naik sekitar 5 persen dari 2019. Namun, kondisi tersebut belum cukup untuk menutup penurunan pada tahun ini. Kendati demikian, Awal optimistis akan ada perbaikan. "Untuk itu, investasi tetap harus dilakukan," ucapnya.
Dia meyakini yang terjadi pada tahun ini adalah kewajaran kondisi pasar. Awal lantas mencontohkan kondisi pada 1998 lalu. Saat itu dunia aviasi tanah air juga terpuruk. Namun tetap mampu bangkit. Kesalahan waktu itu, saat kondisi terpuruk, investasi di dunia penerbangan turut mandek.
Menurut Awal, dampak kebijakan yang tidak tepat tersebut masih terasa hingga sekarang. Sebab, setelah kondisi pasar membaik pascakrisis, industri penerbangan tanah air sulit mengimbanginya. "Hingga kini masih mengejar ketertinggalan," ungkapnya.
Karena itu, AP II pun memilih melanjutkan pembangunan infrastruktur meski terjadi penurunan jumlah penumpang. Tahun ini anggaran pembangunan berkisar Rp 14 triliun. Dia tidak mau menghentikan proyek pembangunan agar tidak semakin tertinggal.
Meski jumlah penumpang turun, Awal menyatakan bahwa pendapatan perusahaan tetap naik. Tahun ini kenaikannya sekitar 1 persen. AP II tahun ini memiliki pendapatan kira-kira Rp 9,53 triliun.
Tahun ini AP II banyak mengembangkan lini bisnis nonaero. Kendati demikian, bisnis tersebut tetap menunjang pelayanan terhadap penumpang pesawat. Misalnya, pembangunan hotel di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.(lyn/c22/hep/jpg)