CIANJUR (RIAUPOS.CO) - Bencana gempa bumi magnitudo 5,6 skala richter benar-benar memporakporandakan Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bagaimana tidak, gempa bumi yang terjadi pada Senin siang (21/11) berpusat di 10 Km barat daya Kabupaten Cianjur dengan kedalaman 11 Km itu merusak 22.198 rumah. Baik rusak ringan, sedang, dan berat. Selain itu, juga merenggut 268 jiwa. Bahkan, ada 151 yang dilaporkan masih hilang dan dalam tahap pencarian.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengungkapkan, dari total 268 korban meninggal dunia tersebut yang sudah teridiendifikas sebanyak 122 jenazah. Sisanya, sebanyak 146 jenazah masih belum teridiendifikas. Kemudian, 151 orang dilaporkan hilang dan masih dalam tahap proses pencarian. "Bisa saja yang masih hilang itu sebagian berada dalam data yang belum teridentifikasi. Karena yang baru teridentifikasi kan 122 jenazah," jelasnya di Cianjur, Selasa (22/11).
Untuk korban luka-luka, dikatakan Suharyanto, berjumlah sebanyak 1.083 jiwa dan mengungsi sebanyak 58.362 jiwa. Kemudian, kerugian material yakni rumah rusak berat 6.570 unit, rumah rusak sedang 2.171 unit, dan rumah rusak ringan 12.641 unit. Namun, hingga saat ini, pihaknya juga masih terus melakukan pendataan terhadap rumah-rumah yang terdampak. Jumlah tersebut tersebar di 12 dari 32 kecamatan se-Kabupaten Cianjur.
"Untuk Kecamatan Cugenang kelihatannya yang memang paling terdampak dan banyak ditemukan korban meninggal. Ini tentunya juga berdasar data tim sar gabungan yang melakukan pencarian di sana. Karena itu, untuk pencarian 150 korban hilang besok juga akan difokuskan di sana dan pencarian korban hilang akan kita prioritaskan,” katanya.
Suharyanto pun memastikan dari 12 kecamatan yang terdampak, saat ini di masing-masing kecamatan tersebut sudah berdiri tempat-tempat pengunsian. Bahkan memungkinkan jumlahnya bertambah. Mengingat, berdasar pantuan juga ada sebagian warga yang berinisiatif mendirikan tenda sendiri. Hanya, pihaknya akan mendorong para warga tersebut untuk masuk ke tempat-tempat pengungsian terpusat agar lebih terjamin dari segi perawatan, pelayanan maupun logistiknya. "Kami dari semua stakeholder yang berkaitan dengan penanganan bencana ini akan terus membantu dan mendampingi para korban yang terdampak bencana ini,” terangnya.
Selain itu, pos komando penanganan darurat juga sudah beroperasi. Dari posko tersebut diharapkan semua melakukan kegiatan dalam penanganan pengungsi dapat seirama, tidak bergerak masing-masing. Termasuk dalam hal bantuan kepada masyarakat baik yang datang dari pemerintah maupun swasta yang memang banyak membantu. Jadi, semuanya akan dipusatkan di posko mulai pendataan hingga pendistribusian. Dan itu ada yang bertanggung jawab di bidang masing-masing,” ujarnya.
Suharyanto pun menyampaikan saat ini para pengungsi rata-rata juga sudah mendapat fasilitas yang lebih baik daripada tadi malam. Di antaranya yakni dengan adanya tenda-tenda yang lebih besar dan representatif. Karena itu, diharapkan memang tidak ada lagi pengungsi yang menggunakan tenda seadanya. Kemudian, untuk logistik juga sudah distribusikan dengan cukup. Termasuk dengan dapur-dapur umum. Pihaknya pun akan berusaha untuk terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Terkait rumah sakit, dikatakan Suharyanto, untuk RSUD Kabupaten Cianjur dan RSUD Sanyang juga beroposisi. Bahkan, menambah tenda-tenda di depan rumah sakit. Untuk tenaga medis juga sudah dibantu dari Kementerian Kesehatan. Khususnya terkait dengan dokter-dokter bedah ahli tulang dan luka berat. Namun, agar tidak menambah beban, sebagian pasien juga sudah dirujuk ke RS luar Kabupaten Cianjur. "100 pasien juga sudah dikirim ke Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman menambahkan, jumlah 268 korban jiwa meninggal tersebut berdasar data yang dikumpulkan dari para kepala desa dari 12 kecamatan yang terdampak gempa bumi. Data tersebut mencakup korban yang meninggal di rumah sakit maupun tidak dibawa ke rumah sakit. "Berdasar data korban yang meninggal di RSUD Sayang termasuk RSUD Cimacan itu berjumlah 122 orang ada di dalamnya,” ucapnya.
Sedangkan, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta - Jawa Barat Wilan mengungkapkan, gempa bumi yang terjadi di Cianjur juga menyebabkan Jalan Cianjur-Cipanas tertutup longsor tanah dari tebing. Tepatnya di Kampung Palalangon, Cijedil, Cugenang. Yakni kurang lebih sepanjang 140 m. Akibatnya akses jalan nasional tersebut pun sempat tertutup. "Tapi, saat ini sudah berhasil kita buka aksesnya dan bisa dilalui. Hanya, saat ini, kita masih akan membersihkan tanah-tanahnya,” jelasnya.
Dalam proses pembukaan akses jalan tersebut, dikatakan Wilan, juga telah ditemukan beberapa korban jiwa. Pihaknya mulai membuka akses jalan tersebut sejak malam. Di mana, sejak tadi malam telah ditemukan korban. Termasuk juga saat pagi. Namun, untuk total berapa jumlah korban yang ditemukan dari titik lokasi longsor tersebut, pihaknya tidak mengetahui. "Tadi malam ada, terus tadi pagi itu ada 5. Saya tidak terlalu monitor karena tidak di sini terus,” terangnya.
Wilan mengungkapkan, para korban meninggal yang ditemukan tersebut rata-rata berada di pinggir jalan sebelah kiri (dari arah Jakarta-Bandung). Menurutnya, di sepanjang lokasi tersebut memang informasinya ada warung-warung. "Sejauh ini untuk kendaraan yang tertimbun belum ditemukan. Tapi, di bawah memang ada kendaraan yang terbawa longsor hingga masuk jurang. Yakni terlihat truk.
"Saat ini kita masih akan terus membersihkan material tanah longsor. Mengingat kan juga masih ada keluarga yang akan mencari keluarganya. Jadi, harus ada rasa empati juga karena potensinya masih ada yang tertimbun,” ucapnya. (gih/lyn/wan/dee/jpg)