SURABAYA (RIAUPOS.CO) - Jemaat Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Surabaya yang menjadi lokasi teror bom di Surabaya, Minggu (13/5/2018) lalu sudah memaafkan perbuatan yang dilakukan pelaku.
Seperti diketahui, tiga lokasi di Surabaya diteror ledakan bom oleh teroris yang berasal dari satu keluarga. Belasan orang tewas termasuk yang dialami jemaat gereja SMTB. Berkaitan dengan peristiwa itu, gereja mengadakan misa Sabtu (19/5/2018) sore. Semua bangku gereja di lantai 1 dan 2 terisi. Para jemaat khusuk mengikuti ibadat. Mereka tak gentar datang ke gereja meski baru seminggu lalu tempat itu menjadi sasaran bom.
’’Ini merupakan misa yang berkaitan dengan peristiwa pada hari Minggu lalu,’’ ujar Pastor Kepala Paroki STMB A. Kurdo Irianto.
Kurdo menyebutkan, peristiwa tersebut bukan sebuah bencana, melainkan cara untuk mempertebal iman. Dia juga meminta semua umat memberikan pengampunan kepada para pelaku. Menurut dia, pengampunan adalah masa depan yang membawa penyembuhan. Semua umat tidak boleh memiliki kemarahan dan kebencian. ’’Dari para korban dan keluarga, tidak ada yang menyimpan dendam, apalagi menyalahkan agama lain. Meski, sejujurnya mereka merasa sedih dan kesakitan,’’ lanjutnya.
Selain umat gereja SMTB, perwakilan lintas agama turut hadir dalam misa tersebut. Di antaranya, Gusdurian Surabaya dan Sapta Dharma.
Sebelumnya, lantunan nyanyian dan doa silih berganti terdengar di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro Jumat malam (18/5/2018). Ribuan orang dari berbagai komunitas lintas iman menggelar doa bersama dalam acara Suroboyo Guyub ing GKI Diponegoro itu.
Acara tersebut dibuka dengan kesaksian Yosua Poli, salah seorang penatua yang melihat kejadian bom pada Minggu (13/5/2018). Menurut dia, kejadian tersebut di luar nalar. Apalagi melibatkan seorang ibu dan dua anaknya. ’’Yang saya tahu, ibu itu melahirkan, merawat, dan mengasihi anaknya,’’ ujarnya.