Sindikat TPPO Hargai Ginjal Rp200 Juta, Korbannya Dibayar Rp135 Juta

Nasional | Kamis, 20 Juli 2023 - 19:20 WIB

Sindikat TPPO Hargai Ginjal Rp200 Juta, Korbannya Dibayar Rp135 Juta
Ilustrasi perdagangan orang (DOK JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Sindikat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) mendapat upah Rp200 juta dari hasil penjualan satu ginjal di Kamboja. Dari jumlah tersebut, sindikat mengambil untung Rp65 juta, sisanya menjadi hak pendonor ginjal.
 
"Sindikat menerima pembayaran Rp200 juta, Rp135 juta dibayar ke pendonor," kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi di Polda Metro Jaya, Kamis (20/7).
 
Saat tiba di Kamboja, para korban TPPO akan menjalani observasi terlebih dahulu selama 7 hari, sambil menunggu calon penerima donor.
 
"Kemudian dipertemukan, dilaksanakan tranplantasi, proses penyembuhan 7 hari baru kembali ke Indonesia," jelas Hengki.
 
Setelah dilakukan transplantasi, pendonor akan mendapat pembayaran Rp135 juta. Tahap terakhir korban akan dipulangkan ke Indonesia apabila sudah membaik selepas operasi.
 
Sebelumnya, Polda Metro Jaya membongkar kasus TPPO dengan modus penjualan organ tubuh bagian ginjal jaringan Indonesia-Kamboja. Kasus ini setidaknya telah memakan 122 orang.
 
"Ada 12 tersangka," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (20/7).
 
Kesembilan tersangka ini terdiri dari 9 orang sindikat dalam negeri. Mereka bertugas untuk mencari korban, menampung, mengurus dokumen korban, dan mengirim korban ke Kamboja.
 
Kemudian 1 tersangka lain adalah sindikat Kamboja. Dia berperan sebagai penyambung antara korban dengan rumah sakit tempat transplantasi dilakukan. Lalu ada 1 tersangka oknum petugas Imigrasi.
 
Terakhir 1 tersangka lainnya adalah oknum anggota Polri berinisial Aipda M. Bertugas merintangi penyidikan, supaya para sindikat tidak tertangkap. Dia pun menyuruh sindikat membuang handphone dan berpindah-pindah lokasi agar terhindari dari penangkapan.
 
"Pelaku melakukan eklspoitasi kepada korban. Kepada masyarakat kami ingatkan pemindahan atau transplantasi itu tidak dikomersialkan," jelas Karyoto.
 
Kasus ini sendiri terungkap berangkat dari informasi intelijen. Lalu dilakukan penggerebekan lokasi yang diduga dijadikan penampungan korban TPPO di Tarumanegara, Bekasi, Jawa Barat. Setelah didalami, kasus ini melibatkan jaringan internasional di Kamboja.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi










Tuliskan Komentar anda dari account Facebook