JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Lebih dari seratus orang nama yang didaftarkan sebagai orang hilang terkait tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara. Dari data yang masih simpang siur itu, baru 21 orang saja yang ditemukan. Tiga korban diantaranya, ditemukan tim SAR gabungan dalam kondisi meninggal dunia.
Padahal, sesuai dengan kemampuan kapal, seharusnya hanya mengangkut sebanyak 43 orang saja. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, KM Sinar Bangun memiliki bobot sebesar 35 Gross Tonnage (GT).
“Kejadian kecelakaan KM Sinar Bangun dengan kapasitas 35 GT atau kapasitas muatan itu 43 orang,” ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Dengan demikian, pernyataan itu sekaligus mempertegas bahwa penyebab tenggelamnya kapal mau itu adalah kelebihan muatan. Hal itu kemudian ditambah dengan kondisi alam yang sedang berhembus angin kencang dan ombak yang turut menenggelamkan KM Sinar Bangun.
“Kejadian kecelakaan pada 18 Juni pukul 17.15 berjarak 500 meter. Cuaca dalam keadaan hujan deras hingga tinggi gelombang sampai 2 meter,” jelas dia.
Budi mengakui, kepastian bahwa penyebab tenggelamnya kapal yang menurut informasi menyeret total 192 orang itu memang belum bisa dipastikan over kapasitas.
“Tapi potensi kelebihan (muatan) itu ada. Jadi ada kecurangan yang terjadi sehingga tidak dinyatakan manifest. KNKT akan melakukan penelitian berkaitan hal tersebut,” jelasnya.
Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi menyebut, tim di lapangan menghadapi banyak kendala di lapangan dalam upaya pencarian korban. Salah satunya adalah kedalaman danau seluas sekitar 1.130 km persegi dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer itu yang mencapai ratusan meter.