OLAHRAGA

Anggap Tak Profesional, Menpora Suarakan Reformasi di BWF

Nasional | Sabtu, 20 Maret 2021 - 09:04 WIB

Anggap Tak Profesional, Menpora Suarakan Reformasi di BWF
(INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Tim bulutangkis Indonesia yang dipaksa mundur menyisahkan kekecewaan yang luar biasa bagi insan olahraga Indonesia. Khususnya bagi pencinta bulu tangkis Tanah Air. Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan OIahraga Zainudin Amali melayangkan protes keras kepada BWF selaku Federasi Bulutangkis Internasional.

Menpora sangat menyayangkan dan prihatin dengan kejadian yang menimpa Kevin Sanjaya Sukamuljo dkk. "Lebih tegas lagi kami mengecam kejadian ini," bebernya.


Pemerintah dikatakannya tidak bisa berhubungan langsung dengan BWF ataupun penyelenggara All England. Karena itu, dia mendorong PBSI untuk meminta klarifikasi kepada BWF dan penyelenggara kenapa kejadian ini bisa terjadi.

"Kami tentu juga meminta bantuan dari NOC Indonesia melalui jaringannya," tuturnya.

Selain itu, pihaknya juga sudah komunikasi dengan Deputi Luar Negeri dan menghasilkan keputusan yang sama. Yaitu, meminta klarifikasi dan penjelasan secara transparan serta perlakuan yang fair dan adil atas apa yang dialami oleh tim bulu tangkis Indonesia. Berdasar informasi yang masuk, tim Indonesia disebutnya tudak mendapatkan perlakuan yang baik.

"Bayangkan tim kita sudah bertanding dan kemudian dihentikan dan bahkan setelah dikeluarkan dari arena suruh jalan kaki. Biasanya naim shuttle bus. Naik lift tidak bisa. Ini perilaku yang diskriminatif.

Oleh sebab itu, Zainudin menilai BWF tidak tidak profesional, tidak transparan, dan diskriminatif. "Cukup bukti saya berani mengatakan itu. Karenanya kami sangat kecewa. BWF tidak boleh buang badan berlindung dari pada kebijakan di Inggris," ujarnya kesal saat konferensi pers virtual kemarin. Zainudin juga tegas menyuarakan reformasi di organisasi BWF.

"Ganti presidennya atau apalah," ucapnya. Dia juga meminta kepada Presiden Badminton Asia, Anton Subowo, supaya bergerak dan membantu tim Indonesia.

"Jangan bertoleransi dengan apa yang dilakukan dengan kita. Keberadaan Anton atas nama kita. Saya meminta supaya juga melihat dan ada langkah dukungan," ujarnya.

Sebab, kejadian ini dianggapnya bukan sesuatu ketidaksengajaan, tapi ada unsur kesengajaan dengan ingin menyingkirkan Indonesia di turnamen. Meskipun, ajang All England ini bukan masuk dalam hitungan Olimpiade.

"Tapi nantinya ada kejuaraan series yang kita hadapi. Kalau tidak tegas sekarang bisa berulang," ujarnya.

Zainudin pantas kesal. Sebab, bulu tangkis menjadi cabang olahraga nomor satu diantara 14 lainnya yang paling diandalkan Indonesia di berbagai ajang seperti Olimpiade.

"Jadi kita berkepentingan dan konsern. (Kejadian) Ini dimonitor langsung oleh pak Presiden (Joko Widodo, red). Saya suarakan ke NOC untuk lakukan gerakan reformasi di BWF," paparnya

Ya, kejadian ini menjadi perhatian bagi Joko Widodo. Zainudin menyebutkan kalau orang nomor satu di Indonesia itu meminta untuk mencari langkah-langkah cepat dan terbaik. Terutama untuk menyelamatkan pemain.

"Di sisi lain Presiden juga meminta perlakuan tidak baik kepada kita ini tidak didiamkan. Tentu ada jalurnya. jalur komunikasi melalui NOC dan Federasi. Kami membackup apa yang diperlukan NOC dan PBSI," ujarnya.

Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari menegaskan kalau sudah memberikan oernyataan tegas kepada BWF agar tidak buang badan ke Pemerintah Inggris. Sebab, yang menyelenggarakan oertabdingan bukanlah pemerintah, tapi panitia penyelenggara yang dalam hal ini di bawah BWF.

"Ini sangat mengecewakan. BWF harusnya bertanggung jawab penuh atas semua yang ada. Laku protokol pasti dilaukan seluruh negara. BWF tidak boleh lempar tanggung jawab," ketusnya.

Pria yang akrab disapa Okto itu mepanjutkan, sampai kemarin (19/3), BWF belum meminta maaf karena telah melukai hati masyarakat Indonesia, terlebih pecinta bulu tangkis. Apalagi, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan penggemar terbesar di badminton.
Selain dengan Kemenoora, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kemenlu dan juga Asian Badminton Federation untuk nantinya meneruskan tragedi inu ke arbitrase International.

"Karena ini sudah melukai persaan orang Indonesia yabg merupakan aset terbesar dari cabang badminton. Apakah begini cara mereka memperlakukan," katanya.

Selain itu, pihaknya akan meneruskan ini ke IOC. Tujuannya, supaya kejadian ini tidak lagi terjadi. "Kami tidak ingun hal ini jadi preseden dan terjadi di tempat lain," ucapnya.

Saat ini, sambungnya, apapun yang sekarang dialami atlet kita akan dicatat dunia terhadap ketidak professionalan BWF di All England. "Jadi ini tidak ada celah lagi mereka (BWF) menyalahkan. Ini fakta para pejuang kita ada di Birmingham dan diperlakukan seperti yang diketahui. Ini jadi komplain resmi dari kita," katanya.

Terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Inggris Desra Percaya mengatakan, pihaknya sudah melakukan komunikasi, dialog, dan lobi-lobi terkait kasus tim bulutangkis Indonesia di All England bersama sejumlah pihak. Mulai dari Dubes Inggris di Jakarta, utusan khusus PM Inggris, Presiden BWF, hingga perwakilan NHS. Dalam semua pertemuan tersebut, ia menekankan poin mengenai fakta Indonesia ditarik dari All England tanpa keterangan jelas dari panitia dan BWF.

Desra juga kembali menyampaikan, bahwa tidak boleh ada diskriminasi dan perlakuan yang tidak fair pada tim Indonesia. Ia juga meminta klarifikasi terkait pemain Turki yang positif justru bisa lolos. Bahkan, ditarik sehari setelahnya. Tak ketinggalan, soal beberapa perlakuan tidak pantas yang diterima pemain Indonesia setelah ada penarikan.

"Bahkan Bu Menlu juga sudah komunikasi langsunh dengan Menlu Inggris Dominic Raab dan menyampaikan posisi Indonesia," ungkapnya.


Desra mengaku, dalam komunikasi tersebut, ia sempat loss control. Tidak diplomatis. Ada rasa amarah dan kecewa dalam dirinya terkait apa yang menimpa tim bulu tangkis Indonesia. Pada Presiden BWF, ia secara tegas mengatakan, bahwa mereka tidak kompeten. Mereka tidak siap menyelenggarakan All England di masa pandemi yang memang lebih menantang.

"Saya dubes, tapi saya juga manusia. Saya sampaikan, Anda yang bisa menyelesaikan dan memadamkan amarah kita. Jelaskan ke tim dan PBSi," ungkapnya.

Sementara itu, dari pertemuannya bersama Kementerian Luar Negeri Inggris dan NHS, ada dua poin yang disampaikan oleh keduanya. Menurut Desra, mereka menegaskan bahwa tidak ada kebijakan dan niat sama sekali untuk melakukan diskriminasi pada semua tim, termasuk tim Indonesia.

"Pertama, mereka meminta maaf kalau ada dirasa adanya diskriminasi," ungkapnya.

Kedua, mereka memastikan bahwa akan melakukan klarifikasi beberapa pengalaman yang dikategorikan diskriminiasi yang terjadi di Inggris. Dari pernyataan tersebut, Desra berpendapat bahwa sebetulnya tak ada kebijakan diskriminatif.

"Tapi karena kompetensi BWF tidak baik dalam pelakasanaan kebijakan tersebut telah terjadi diskrimasi dan unfair treatment," keluhnya.

Disinggung soal keinginan untuk boikot All England, Desra mengatakan bakal ada evaluasi secara menyeluruh dari pemerintah maupun PBSI terlebih dahulu untuk memutuskan langkah ke depan. Termasuk soal desakan agar poin yang dicapai di turnamen ini tidak dihitung dan dimasukkan dalam perankingan pemain dunia.

"Juga harus ada perbaikan termasuk soal pelaksanaan," tegasnya.
Namun, dia tak menampik, sebagai fans fanatik tim bulu tangkis, ia ingin itu dilakukan. Apalagi bila tidak ada perbaikan dan janji tidak akan ada kejadian serupa yang terulanh. Sebab masih banyak turnamen yang bisa diikuti oleh tim.

"Kalau jawaban sebagai fans, boikot saja lah udah," sambungnya.

Saat ini, lanjut dia, yang jadi fokus pihaknya akan memastikan kemanan dan kselamatan pemain di Birmingham. Ia juga akan mengupayakan tim bisa kembali ke Tanah Air secepatnya dengan aman, nyaman, dan dignity.

"Saya akan langsung ke Birmingham, untuk memberikan dukungan moral ke pahlawan-pahlawan Indonesia di sana," ungkapnya.

Senada, manajer tim Indonesia di All England Ricky Subagja mengatakan, bahwa saat ini fokus dari tim ialah kembali ke Tanah Air. Sebab, keinginan untuk bisa kembali berlaga di All England sudah tidak memungkinkan. Ia juga meminta meski tetap digelar, turnamen ini tidak dihitung poin.(raf/mia/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook