TEKNOLOGI INFORMASI

Sri Mulyani Sebut Teknologi Digital Bisa Memecah Belah Masyarakat

Nasional | Kamis, 18 Februari 2021 - 14:05 WIB

Sri Mulyani Sebut Teknologi Digital Bisa Memecah Belah Masyarakat
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (DOK JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, wabah pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar dan cepat dalam tatanan kehidupan, salah satunya teknologi. Teknologi memiliki peran besar dalam menjalani bagi seluruh negara di dunia untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan.

Meskipun demikian, menurutnya, akses teknologi saat ini dapat membuat kesenjangan meski terasa antara masyarakat kaya dan miskin. Bagi mereka yang memiliki akses teknilogi akan semakin maju, sementara masyarakat yang tak memiliki akses akan makin tertinggal.


"Teknologi digital ini berpotensi dapat memecah belah masyarakat di mana mereka yang memiliki aksesibilitas bisa menjadi lebih produktif dan memanfaatkan teknologi," ujatnya dalam acara webinar bertajuk Infrastructure, Technology, and Finance for Sustainable and Inclusive Development in Asia, Kamis (18/2).

Sehingga, hal itu dapat menjadi ancaman juga bagi pertumbuhan inklusif dan pembangunan berkelanjutan. Ia menyebut, persoalan yang timbul saat ini adalah sekitar 20 ribu desa di Indonesia belum terkoneksi internet.

Begitu pula pada pelayanan kesehatan yang saat ini banyak memanfaatkan teknologi berbasis dalam jaringan tidak bisa dilakukan. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi menjadi penting dilakukan pemerintah.

"Masalah yang kita hadapi sekarang adalah dengan berpose membangun infrastruktur khususnya TIK untuk memastikan konektivitas dapat terjalin," ucapnya.

Sri Mulyani memandang, persoalan ini bukan lagi pilihan, namun sudah merupakan syarat mutlak bagi Indonesia untuk dapat berkembang secara inklusif dan berkeadilan. Ia menambahkan, kesenjangan dari sisi ekonomi suatu negara juga melebar karena munculnya pandemi. Masyarakat miskin dinilai menjadi yang paling menderita karena tidak bisa menyesuaikan kondisi tersebut dengan alasan keterbatasan teknologi tadi.

"Semua perusahaan telah diubah menjadi digital dan bekerja dari rumah, jam kerja fleksibel. Tapi bisa dibayangkan untuk Indonesia yang tidak memiliki atau menikmati kualitas infrastruktur baik seperti Jakarta," pungkasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook