PENUTURAN KELUARGA IPTU AUZAR

"Kalau Mengatakan Dendam Juga Mau Diapakan Lagi"

Nasional | Kamis, 17 Mei 2018 - 17:00 WIB

"Kalau Mengatakan Dendam Juga Mau Diapakan Lagi"
Keluarga almarhum Iptu Auzar saat menjawab pertanyaan wartawan, Kamis (17/5/2018).

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Keluarga besar Iptu Anumerta H Auzar menyebutkan kepergian almarhum gugur dalam tugas merupakan suatu risiko yang kapan saja bisa datang.

Hal itu disampaikan sepupu Auzar, Aiptu Muharimun saat menjawab pertanyaan wartawan di kediaman Auzar, Kamis (17/5/2018). Mewakili keluarga Auzar, Muharimun mengatakan sebagai keluarga besar Polri hal-hal yang menyangkut risiko dinas mereka sudah siap mental menghadapinya. 

"Semua itu, kami pihak keluarga sudah sepakat bahwa semuanya kembali ke masalah ajal. Kami sangat berterima kasih pada pihak Polda yang sudah begitu besar memberikan perhatian. Terutama kepada bapak Kapolri yang alhamdullillah tadi bisa sampai ke rumah ini untuk menyerahkan Skep (surat keputusan) kenaikan pangkat kepada istri almarhum," ujar Muharimun.
Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pihak keluarga, juga menyampaikan ucapan terimakasih atas segala perhatian bantuan sehingga terlaksananya prosesi pemakaman almarhum  hingga ke peristirahatannya terakhir di TPU Mayangsari, Sail, Pekanbaru. 

Apakah keluarga menaruh dendam  atau memaafkan perlakuan para pelaku? Muharimun menyebut pihak keluarga hanya bisa berdoa semoga mereka-mereka yang menganggap ajaran mereka itu baik dibalikkan Allah hati nuraninya untuk mendapatkan yang lebih baik dibandingkan apa yang mereka anggap sekarang ini.

"Kami keluarga hanya bisa berdoa karena kami, kalau mengatakan dendam juga mau diapakan lagi?" katanya.

Saat ditanya keseharian semasa hidupnya, Muharimun mengatakan bahwa Auzar adalah sosok yang menjadi panutan bagi dirinya. "Almarhum itu mulai remaja tinggal dengan orangtua kami di Jalan Sisingamangaraja. Kami ini sepupu. Beliau ini orangnya gigih dan sejak remaja memang taat beribadah dan begitu perhatian kepada keluarga," katanya bercerita.

Muharimun mengingat cerita saat almarhum baru mulai sekolah di SLTA Pasirpangaraian, Rokan Hulu terpaksa tidak melanjutkan sekolah karena orangtuanya mengalami cedera parang saat membuka ladang di Tanjung Alam, Rokan Hulu. Auzar harus bekerja dan menjadi tulang punggung bagi keluarga. Saat itu ke mana pun dilakukannya untuk bekerja sampai ke perusahaan eksplorasi minyak pun dilakukannya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook