Ayah Brigadir J Heran, Anak Sudah Tewas, Rumahnya Malah ‘Dikepung’ Polisi

Nasional | Rabu, 13 Juli 2022 - 22:30 WIB

Ayah Brigadir J Heran, Anak Sudah Tewas, Rumahnya Malah ‘Dikepung’ Polisi
Ayah Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Hutabarat yaitu Samuel Hutabarat. (ISTIMEWA)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ayah Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Hutabarat, Samuel Hutabarat, mengaku heran. Rumahnya malah dikepung ratusan polisi usai anaknya tewas baku tembak di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

Samuel juga mengaku telepon seluler keluarga inti mereka ikut diretas atau satu persatu tak bisa digunakan lagi. Kedatangan ratusan polisi dengan mengepung rumah dan menutup pagar sekolah membuat keluarga Brigadir J atau Brigadir Nopryansah Hutabarat ketakutan.


“Waktu datang orang itu ke rumah, kami terkejut. Jantung kami serasa mau copot, maklum kami baru trauma baru kehilangan,” kata Bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak di rumah duka, Selasa (12/7/2022) kepada wartawan.

Rohani Simanjuntak mengatakan, keberadaan rumah orangtua Brigadir J berada dalam kompleks perumahan guru SD di Sungai Bahar, Jambi.

Saat ratusan polisi datang dengan 1 bus dan 10 mobil penumpang membuat kondisi sangat menyeramkan. Diketahui ratusan polisi mendatangi rumah orangtua Brigadir J untuk memberikan penjelasan kronologi penembakan kepada keluarga Brigadir J.

Ada polisi yang mengenakan seragam, berpakaian hitam putih, dan ada pakaian bebas. Mereka datang kemudian membuat pagar seolah mengepung rumah. Kedatangan ratusan polisi ini terjadi Senin malam (11/7/2022) sekitar pukul 20.00 WIB, saat keluarga sedang berkumpul di dalam rumah.

Menurut keluarga Brigadir J, tindakan yang dilakukan ratusan polisi berbaris mengelilingi rumah tersebut dilakukan tanpa komunikasi dan permisi. Bahkan pintu gerbang sekolah, yang menjadi akses keluar dan masuk ke rumah itu, juga ditutup rapat. Saat kejadian ini, sambung Rohani, pihaknya sedang berada dalam rumah. Sebagian polisi masuk ke rumah tersebut dengan mengunci pintu.

“Kami seolah diserang, karena rumah didatangi,” kata Rohani Simanjuntak.

Merasa terdesak, Rohani menegur polisi dengan nada tinggi.

“Jangan seperti itulah Pak masuk rumah orang, kami ini lagi sedih loh, lagi trauma. Yang sopan lah, pakek permisi,” kata Rohani menirukan ucapannya saat itu.

Setelah masuk ke rumah, semua anggota keluarga dilarang merekam dan mengambil gambar. Terakhir, keluarga Brigadir J mengaku ponselnya diretas oleh orang tak dikenal. Hal ini terjadi setelah sejumlah keluarga mempertanyakan keberadaan barang bukti di lokasi kejadian, dan barang-barang pribadi milik korban. Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J menjelaskan, sejak Senin 11 Juli 2022 malam, usai prosesi pemakaman, sejumlah telepon seluler keluarga inti diduga diretas.

Handphone ibu dan kakak kandung sulung korban tidak dapat digunakan untuk mengakses media sosial dan WhatsApp (WA).

“Ya terakhir tadi malam masih bisa dipakai, pas pagi sudah tidak bisa lagi,” kata Samuel, Selasa (12/7/2022).

Saat sejumlah awak media sedang berada di rumah duka, handpohone adik dari korban juga kembali tidak bisa difungsikan, untuk mengakses WhatsApp dan media sosial lainnya.

“Iya, ini barusan sudah tidak bisa difungsikan lagi,” kata seorang keluarga, memberitahu ke sejumlah awak media.

Samuel juga mengatakan, hingga saat ini pihak keluarga masih mempertanyakan keberadaan 3 unit telepon seluler anaknya itu.

“HP anak saya ada 3, sampai sekarang tidak dikembalikan dan mereka bilang tidak menemukan HP,” tukas Samuel.

Dia mengatakan dalam ponsel anaknya, yang sampai hari ini dinyatakan hilang, tentu ada petunjuk yang bisa dibuka ke publik dan berguna untuk penyelidikan.

“Saya sudah minta 3 ponsel anak saya beserta pakainnya, tapi rombongan dari Mabes bilang, ponselnya hilang,” tutup Samuel.

 

Sumber: Pojoksatu.id

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook