KONFLIK WADAS

Menurut Walhi, Bendungan Bener untuk Suplai Air Bandara YIA

Nasional | Sabtu, 12 Februari 2022 - 02:09 WIB

Menurut Walhi, Bendungan Bener untuk Suplai Air Bandara YIA
Poster perlawanan warga Wadas, Purworejo. (DOK JPNN)

PURWOREJO (RIAUPOS.CO) - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta, Halik Sandera, mengungkapkan bahwa fungsi utama Bendungan Bener akan digunakan sebagai penyuplai air di Yogyakarta International Airport (NYIA), Kulon Progo.

Ia mengacu pada analisis dampak lingkungan (Amdal) Bendungan Bener. Hampir setengah dari aliran air Bendungan Bener akan digunakan untuk kebutuhan NYIA dan Kulon Progo.


"Secara umum bendungan itu kalau dari dokumennya, dari debit air sekitar 1200-1500 liter/detik, 700 liter/detik itu hanya akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan di bandara (YIA, red) dan kota bandara yang direncanakan," ujar Halik saat dihubungi Jumat (11/2/2022).

Menurut Halik, klaim bahwa bendungan akan digunakan untuk kepentingan umum tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, kepentingan utama pembangunan Bendungan Bener adalah memfasilitasi Kulon Progo sebagai lokasi bandara YIA.

"Artinya, kalau bilangnya bendungan ini dibangun untuk kesejahteraan rakyat, kalau dilihat dari peruntukkan airnya kan untuk irigasi hanya sebagian," papar Halik.

"Secara kepentingan, bendungan utamanya hanya untuk menyuplai fasilitas kota bandara yang itu juga dikuasai oleh investasi besar di wilayah Kulon Progo," lanjutnya.

Meski begitu ia turut membenarkan bahwa sebagian dari Bendungan Bener akan digunakan untuk irigasi meskipun bukan sebagsi tujuan utama.

"Ya sebagian kecil mungkin ya, fungsinya tidak menjadi utama untuk irigasi, karena tadi pembagian debit yang akan digunakan itu lebih banyak untuk penggunaan di bandara dan kota bandara yang ada di Kulon Progo," tutur Halik.

Menurut Halik, proses pembangunan bendungan yang membutuhkan material dari penambangan quarry di Desa Wadas, Bener, Kabupaten Purworejo akan berdampak buruk untuk desa tersebut.

Ia melihat bahwa dampak pertamanya akan memengaruhi bentang alam desa termasuk mata air yang berlokasi di bawah area pertambangan.

"Kalau di atasnya (mata air, red) itu ditambang, artinya bentang alamnya berubah, itu juga akan mengganggu mata air yang digunakan masyarakat," pungkas Halik.

Sebelumnya, anggota Divisi Kampanye dan Jaringan LBH Yogyakarta, Dhanil Al Ghifary, mengungkapkan selama ini warga Desa Wadas tak pernah menolak pembangunan Bendungan Bener.

Menurutnya, warga hanya menolak rencana penambangan andesit yang nantinya akan dijadikan material bangunan bendungan tersebut.

"Nah, kalau untuk bendungannya sendiri sebenarnya warga enggak peduli gitu, mau bangun bendungan, mau bangun candi, mau bangun apa silakan. Tapi jangan ada penambangan di Wadas," ujar Dhanil saat dihubungi, Kamis (10/2).

Selama ini, kata Dhanil, warga Wadas yang mayoritas adalah petani menggantungkan hidupnya dari lahan pertanian. Sedangkan, lahan yang diproyeksikan untuk pertambangan dan Bendungan Bener tersebut mencaplok lahan pertanian mereka.

Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook