HARI PERS NASIONAL

Biasa Mengkritik, Giliran Jokowi yang Kritik Media, Ini Katanya

Nasional | Rabu, 10 Februari 2016 - 00:25 WIB

Biasa Mengkritik, Giliran Jokowi yang Kritik Media, Ini Katanya
Presiden Joko Widodo dan istri saat berbincang-bincang dengan tokoh pers nasional Dahlan Iskan, Selasa (9/2/2016). (IVAN/LOMBOK POST)

LOMBOK (RIAUPOS.CO) - Kalau biasanya pers yang memberikan kritikan kepada pemerintah, kini sebaliknya, giliran pemerintah yang memberikan kritikan pada pers.

Pada puncak peringatan Hari Pers Nasional  2016 yang dipusatkan di Pantai Termasuk dari Presiden Joko Widodo saat peringatan puncak Hari Pers Nasional (HPN) di Pantai Mandalika Lombok, Selasa (9/2/2016).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Peringatan puncak HPN kemarin berlangsung meriah. Seluruh perwakilan organisasi wartawan hadir, mulai PWI, AJI, IJTI, hingga SPS dan Forum Pemred. Pemilik dan tokoh senior media massa juga tampak hadir. Beberapa di antaranya, James Riady, Hary Tanoesoedibjo, Karni Ilyas, Dahlan Iskan, dan Surya Paloh.

Presiden Jokowi datang bersama rombongan setelah pada peringatan HPN 2015 absen. Tampak Mendagri Tjahjo Kumolo, Menpora Imam Nahrawi, Menkominfo Rudiantara, menpar Arief Yahya, Mendikbud Anies Baswedan, dan Menko PMK Puan Maharani. Tampak pula Ketua MPR Zulkifli Hasan dan Ketua DPR Ade Komarudin.

Dalam kegiatan presiden mengingatkan agar media massa tidak berlebihan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sebab, saat ini yang diperlukan masyarakat adalah informasi yang bisa membangun optimisme. Di situlah media diharapkan memiliki peran yang besar.

Presiden menuturkan, seringkali media menggiring opini publik tentang rasa pesimistis terhadap kemajuan bangsa. Ditambah lagi, sebagian media terjebak pada berita-berita yang sensasional. Berita-berita tersebut menurut presiden tidak mengganggu dirinya, namun sebaliknya justru sangat mengganggu rakyat.

’’Bayangkan, ada judul berita, Indonesia Diprediksi Akan Hancur, coba bayangkan. Dan ini bukan kali pertama,’’ ujarnya. dari judul saja, sudah membuat orang menjadi pesimistis dan terbebani.

’’Ada yang lebih serem lagi, Indonesia Akan Bangkrut, Jokowi-JK akan ambyar,” lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Selama masih ada judul berita semacam itu, tuturnya, maka yang akan muncul adalah pesimisme. Etos kerja tidak akan terbangun, karena yang muncul di pemberitaan adalah hal-hal yang tidak produktif. Ancaman lainnya adalah distrust (hilang kepercayaan). Padahal di era kompetisi dan persaingan antarnegara seperti saat ini, yang dibutuhkan adalah membangun kepercayaan.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook