JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Wakil Presiden Maaruf Amin menuturkan bahwa berdasarkan survei terhadap 146 negara pada 2021, Indonesia menduduki peringkat ketujuh sebagai negara paling religius di dunia.
"Peran tokoh agama, pimpinan ormas Islam, penyuluh agama, dai, dan daiyah sangat strategis dalam mengedukasi masyarakat, melalui pendekatan keagamaan mengenai dampak negatif stunting," kata Wapres Maaruf Amin dalam Halaqoh Nasional yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (6/10).
Wapres Maaruf menyatakan peringkat tersebut didapatkan berdasarkan fakta bahwa Indonesia memiliki jumlah populasi yang besar dan seluruh penduduk telah menganut agama yang dijadikan kepercayaan masing-masing. Bahkan, 87 persen di antaranya telah memeluk agama Islam.
Namun, sebagai negara yang dianggap religius pula, Indonesia masih dihadapkan dengan masalah pembangunan kualitas penduduknya akibat stunting. Padahal dalam waktu dekat Indonesia akan menyambut puncak bonus demografi di mana penduduk produktif diprediksi akan mencapai dua kali lipat daripada penduduk usia anak dan lanjut usia.
Menanggapi hal tersebut, Maruf menjelaskan bahwa dalam Alquran disebutkan suatu peradaban akan sangat merugi jika meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang tidak sejahtera.
"Stunting itu akan berdampak bukan hanya kesehatan tapi juga kepada ekonomi, pendidikannya tidak baik, itu stunting menjadi sumber malapetaka yang kalau kita tidak atasi," kata Wapres.
Oleh karena itu, seharusnya stunting dapat teratasi karena Indonesia juga memiliki dai, daiyah, dan penyuluh agama yang mempunyai peran sebagai wadah untuk meneruskan pesan-pesan kebaikan kepada umat seperti edukasi bahaya stunting melalui ceramah, khutbah, dan tausiah.
"Saudara-saudara adalah penyampai nilai-nilai dan pesan keagamaan di masyarakat sekaligus sebagai sumber ilmu, pendidik juga, penggerak juga, dan teladan bagi umat," ucap Wapres.
Sebagai upaya mewujudkan generasi bangsa yang beragama dan sehat, Maaruf mengingatkan agar para penceramah menyelipkan materi stunting dalam dakwahnya melalui enam prinsip yakni mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan makan makanan yang bergizi terutama kepada ibu dan bayi hingga usia dua tahun.
Aspek lainnya adalah materi pentingnya memberikan pengasuhan yang baik, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan termasuk makanan pendamping ASI selama enam bulan serta konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.
Materi lainnya adalah mencegah perkawinan anak dan melakukan pendekatan dengan cara yang santun dan mudah dipahami.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menekankan bahwa keberhasilan bagi sebuah negara bisa diukur melalui indeks pembangunan manusia. Negara akan maju jika masyarakatnya mempunyai umur yang panjang, sehat, dan produktif.
Indonesia, kata dia, memang akan menikmati bonus demografi. Namun bayang-bayang stunting yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurang asupan gizi, membawa malapetaka terhadap kualitas penerus bangsa di masa depan.
Dengan angka stunting yang masih menyentuh 24,4 persen, keterlibatan penyuluh agama, dai, dan daiyah diharapkan dapat mempercepat penurunan prevalensi stunting mencapai 14 persen pada 2024 mendatang.
Hasto berterima kasih kepada Kementerian Agama yang telah bersedia membantu BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional melalui bimbingan perkawinan calon pengantin yang dilaksanakan tiga bulan sebelum menikah.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi